Kabarnusa.com – Perairan Teluk Benoa di Kabupaten Badung, Bali kondisinya memprihatinkan sehingga segera dilakukan upaya penyelamatan lewat penataan kawasan yang tetap memperhatikan aspek lingkungan dan budaya.
Saat berdisukusi dengan puluhan mahasiswa se-Bali yang tergabung dalam FORKOMM Direktur PT Tirta Wahana Bali Internasional PT TWBI Hendy Lukman, memaparkan rencana penataan teluk Benoa.
“Tujuan utama dari revitalisasi adalah mengamankan Pulau Pudut di wilayah Tanjung Benoa,” tuturnya di Denpasar Minggu 15 Maret 2015.
Saat ini kondisi perairan Teluk Benoa, perlu diselamatkan. Tidak banyak yang mengetahui, kalau kondisi di kawasan tersbut kondisinya sudah sangat ‘kritis’.
Dari penelusuran dan pendataan yang dilakukan mereka terhadap wilayah itu telah terjadi secara besar-besaran seperti pencaplokan lahan mangrove, pembuangan sampah hingga limbah cair, tanpa pengawasan.
Untuk menyelamatkan kawasan tersebut dengan melakukan penataan kawasan Teluk Benoa.
Penataan ini penting dilakukan sekaligus membuka lahan industri pariwisata. Sehingga, kawasan di Teluk Benoa tidak hanya diselamatkan tetapi juga ditata dan diperindah.
“Selain menyelamatkan, kita wajib untuk menata dan memperindah kawasan tersebut. Tentunya dengan memperindah, kami berkeinginan mengembangkan kawasan itu menjadi industri pariwisata dengan revitalisasi yang berwawasan pariwisata budaya,” papar dia.
Revitalisasi yang dilakukan di Teluk Benoa hanya dua opsi yaitu menyelamatkan dan menata kawasan. Lebih diutamakan dalam penyelamatan dilakukan khusus pulau Pudut.
Target utama penyelamatan adalah Pulau Pudut.
“Saya tak peduli siapa yang menenggelamkan, tetapi terpenting adalah penyelamatan pulau tersebut yang sudah lenyap,” sambungnya.
Menurut dia, banyak tempat di Indonesia ini yang harus diselamatkan dari wilayah yang ada.
Pihaknya mempertegas bahwa sebagai pelaku bisnis di industri pariwisata tentunya menanamkan modal karena melihat peluang bisnis.
Hanya saja, dia menegaskan, tidak hanya melihat keuntungan perusahaan semata. Pihaknya tetap mempertimbangkan keuntungan bagi masyarakat dan kerugian yang diperoleh.
Dalam kesempatan diskusi yang dihadiri juga pakar lingkungan Made Mangku, Ketua Forum Perempuan Bali Karya Dewa Sri Wigunawati dan aktivis Okta, Komang Eka Suardana selaku Ketua Panitia FORKOMM, meyakinkan kegiatan ini tidak menekankan pada persoalan pro dan kontra.
“Kami ingin menekankan pada pengetahuan dan pemaparan yang lebih jelas tentang apa yang akan dibuat PT TWBI di Teluk Benoa,” tutur dia.
Terpenting bagi mahasiswa, mengetahui apa yang menjadi visi misi dari investor dalam melakukan revitalisasi di Teluk Benoa.
Dengan begitu, kalangan kampus bisa memahami akan manfaat dan kerugian yang dilakukan dalam penataan wilayah di Teluk Benoa di Kabupaten Badung. (rhm)