Perajin Bali Diminta Turut Lestarikan Kain Tenun Endek Jangan Hanya Aspek Bisnis

10 April 2021, 23:39 WIB
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Putri
Suastini Koster di acara Gebyar Wirausaha Muda “Gebyar Wirausaha Muda
Menuju IKM/ UMKM Unggul dan Mandiri”, di Gedung Widyasabha Universitas
Udayana, Badung, Jumat (9/4/2021)/Dok. Humas Pemprov Bali.

Badung – Para perajin Bali khususnya kain tenun endek, agar ikut
bertanggungjawab dalam pelestarian, bukan hanya mengutamakan perkembangan
tenun secara bisnis saja. Kesejahteraan menjadi faktor utama bagi setiap
generasi untuk dapat meneruskan warisan leluhur, salah satunya kain tenun.

Keadaan saat ini yang menunjukkan semakin banyaknya produksi kain tenun
tiruan, menjadikan harga endek jatuh dan kualitas yang tidak sesuai dengan
kerajinan daerah Bali yang pada zamannya memiliki kualitas tinggi.

Hal ini disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Provinsi Bali Putri Suastini Koster di acara Gebyar Wirausaha Muda “Gebyar
Wirausaha Muda Menuju IKM/ UMKM Unggul dan Mandiri”, di Gedung Widyasabha
Universitas Udayana, Badung, Jumat (9/4/2021).

Saat pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum juga berakhir, mengakibatkan
sulitnya perputaran ekonomi di tengah masyarakat, karena untuk ekspor impor
produksi kerajinan juga belum memiliki celah yang baik.

Setiap negara dunia saat ini,sedang berfokus kepada penanganan virus Covid-19
dan kelanjutan hidup warganya. Putri meminta kepada pelaku IKM/ UMKM untuk
lebih kreatif memanfaatkan peluang yang ada sekaligus menguasai informasi
teknologi dalam melakukan promosi.

“Peran kami sebagai Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Bali adalah
memberikan peluang dan menjembatani pelaku IKM dan UMKM di Bali, karena di
masa pandemi ini kita tidak boleh diam, harus bergerak terus namun tetap
dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” ujarnya.

Salah satu peluang yang diberikan Dekranasda Bali kepada perajin atau pelaku
IKM/ UMKM adalah membuka pameran kerajinan yang bergandengan dengan CEO Bali
Mall dalam bentuk e_market place sekaligus mengajak Bank BPD Bali bekerja sama
dalam upaya menyiapkan peluang dari segi permodalan dan sistem pembayaran
non-tunai.

Dengan menjaga warisan leluhur berupa kerajinan, maka secara tidak langsung
juga memberikan peluang bagi pengrajin Bali untuk menikmati setiap rupiah dari
jerih payahnya.

“Untuk menjaga kekayaan dan daya saing kain khas daerah, maka warga kita harus
turut melestarikan penggunaannya. Di mana kain endek digunakan oleh semeton
Bali, kain batik digunakan oleh semeton di Jawa dan songket Palembang
digunakan oleh semeton Palembang.

Namun jika orang Bali ingin menggunakan batik, maka kita wajib membeli
kerajinan batik hasil asli karya semeton Jawa, begitu juga sebaliknya. “Hal
ini tentu saja memberi peluang tumbuhnya perekonomian masyarakat secara
masif,” tandasnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini