Peran Penting Riset Inovatif dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan

5 Agustus 2020, 10:59 WIB

WhatsApp%2BImage%2B2020 08 05%2Bat%2B08.39.26
Riset Inovatif Merupakan Hal Penting Dalam Pembangunan Kelaukan Dan Perikanan./ist

Bogor– Keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia tidak lepas dari peran penting dari riset inovatif dan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk itu pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap riset inovatif.

“Adanya riset inovatif tentunya akan mendukung penguatan ketahanan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan SDM sebagai modal utama pembangunan nasional akan mendorong adanya peningkatan produktivitas dan daya saing nasional,” papar Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

“kami menerjemahkan apa yang menjadi arahan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk roadmap program BRSDM periode 2020-2024, terutama dalam hal memperbaiki komunikasi dua arah dengan stakeholder, mengingat kami memiliki sekitar 4.500 penyuluh di lapangan. Semoga ke depannya program BRSDM dapat tepat sasaran dan sejalan dengan arahan MKP dan Presiden”, ucap Sjarief.

Rokhmin Dahuri sebagai Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB, menuturkan bahwa kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh ‘innovation-driven economy’, namun keragaan kapasitas IPTEK dan inovasi bangsa Indonesia, tak terkecuali di sektor kelautan dan perikanan, sampai saat ini tergolong rendah.

“Penyebab rendahnya kapasitas  inovasi disebabkan oleh berbagai hal yakni, banyak aktivitas R&D (Litbang) hanya untuk menghasilkan tulisan ilmiah dan prototipe teknologi; rendahnya kreativitas, daya inovasi, dan entrepreneurship kebanyakan peneliti; mayoritas pengusaha industri mengharapkan ‘quick-short wins’ dalam jangka pendek, sedangkan  sebagian besar inovasi bisa komersial dan diproduksi masal setelah sekitar 5 tahun; serta minimnya dana, prasarana, dan sarana,” terang Rokhmin.

Selain itu, rendahnya inovasi juga disebabkan karena peran pemerintah sebagai match maker antara peneliti yang menghasilkan prototipe dengan industriawan jauh dari optimal, rendahnya penghargaan ekonomi maupun sosial dari pemerintah dan masyarakat kepada peneliti, kurangnya insentif dan penghargaan dari pemerintah kepada industriawan yang mau mengindustrikan dan mengkomersialkan invensi para peneliti.

Penyebab lainnya minimnya kerjasama sinergis antara peneliti – swasta/industri – pemerintah; hasil riset minim yang telah sukses diindustrikan menjadi produk teknologi made in Indonesia yang laku di pasar domestik maupun global terdapat kegagalan sistem pendidikan, di mana mayoritas lulusan hanya bisa menghafal, tetapi lemah dalam hal analytical capability and problem solving, kreativitas, inovasi, teamwork, dan etos kerja unggul/akhlak mulia;  rendahnya status gizi dan kesehatan masyarakat dan political commitment Pemerintah, DPR, dan elit pemimpin bangsa yang sangat rendah terhadap R & D dan inovasi.

Sementara itu, Laode M. Kamaluddin, menjelaskan bahwa kebijakan KP perlu memenuhi beberapa hal, penguatan SDM dan inovasi riset KP pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil serta penguatan pengawasab SDKP serta karantina ikan, membangkitkan industri KP melalui pemenuhan kebutuhan bahan baku industri peningkatan kualitas mutu produk dan nilai tambah untuk peningkatan investasi dan ekspor hasil perikanan; memperbaiki komunikasi dengan nelayan penyederhanaan perizinan hingga optimalisasi penyerapan lapangan kerja dan penyediaan sumber protein hewani untuk konsumsi masyarakat.

“Untuk itu, BRSDM harus dapat meningkakan transformasi digital untuk menguatkan peran data menjadi peran informasi dalam analisa ilmiah dan pemodelan. Strategi pengembangan SDM dilakukan secara dinamis berdasarkan analisa big data dan menetapkan fokus riset sebagai penopang utama mendukung kinerja KKP serta mendukung keberhasilan pembangunan KP,” tutur Laode.(lif)

Berita Lainnya

Terkini