Perbaikan Lingkungan Beri Peluang Bisnis Wirausahawan

15 Oktober 2014, 06:48 WIB

KabarNusa.com
Upaya perbaikan lingkungan yang gencar dilakukan para pelaku
kewirausahaan yang sebenarnya bisa memberi peluang usaha bisnis
menjanjikan bagi mereka.

Karenanya, para wirausahawan komunitas
peduli lingkungan harus berani berani membuka jalan baru kewirausahaan
lingkungan kepada pemerintah dan  industri besar guna menunjukkan bahwa
gerakan sosial dan usaha bisnis bisa dilakukan sejalan.

Apalagi
para wirausahawan komunitas peduli lingkungan ini telah menunjukkan
eksistensi dan juga manfaat ekonomi yang signifikan bagi mereka dan
lingkungan yang lebih baik.

Diharapkan mereka menciptakan
insentive komunitas lokal untuk memelihara lingkungan, memahami di
sekitar kita ada yang bernilai untuk usaha memberikan alternatif usaha,”

“Mereka justru harus bisa menunjukkan, bagaimana cara 
melakukan perbaikan bagi lingkungan kita, ternyata ada manfaat bisnis
yang baik,” jelas Panca Pramudya dari Inrise, sebuah lembaga riset usaha
komunitas dari Jakarta dalam keterangan resminya diterima KabarNusa.com
Rabu (15/10/2014).

Tiga hal ini yang membuat mereka mampu melihat ancaman dan kerusakan yang harus segera diperbaiki.

Jadi
sesungguhnya mereka punya modal untuk melampauinya. Tidak lagi mengeluh
berharap pemerintah melakukan sesuatu dan perusahaan berhenti
berbisnis.

Panca menjadi narasumber dalam memberikan perspektif
tentang kemandirian usaha komunitas dan praktek Fair Trade, di acara
workshop Festival Teras Mitra III, di Kuta Bali, Selasa 14 Oktober 2014.

Narasumber
lain dalam tema yang  sama  yaitu Jeff Christianto dari Bedo, dan
Presiden Forum Fair Trade Indonesia (FFTI), Agung Alit.

Bagi
Presiden FFTI, Agung Alit, pelaku kewirausahaan komunitas dari SGP
(Small Grand Programme)- penyelenggara Teras  Mitra III- untuk
menegakkan praktek  fair trade (keadilan perdagangan) dengan prinsip
utama menghormati hak produsen.

Para produsden baik penrajin,
petani, buruh, peternak, nelayan dan sebagainya harus diperlakukan
secara fair dalam mendapatkan pembayaran yang layak, cepat, tepat,
sebagai bentuk solidaritas ekonomi, yang lahir dari kesadaran untuk
memajukan usaha dengan cara yang baik.

“Fair Trade sebagai
gerakan, jika ada yang tertarik untuk bergabung dalam fair trade maka
dia harus punya laporan finansial tersendiri. Para pengrajin, misalnya,
bisa memberikan skor prinsip fair tradenya,” jelas Alit yang juga
pengurus Mitra Bali, Ubud.

Mitra Bali yang berdiri sejak 1993,
sangat jelas dalam menyikapi praktek industri pariwisata Bali yang
sungguh sangat tidak mempunyai keadilan perdagangan bagi masyarkat Bali.
(gek)

Berita Lainnya

Terkini