Perjuangkan Nasib Petani, GMNI Gaungkan Pertanian Organik

5 Februari 2021, 13:56 WIB

Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat yang
diselenggarakan oleh DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar.

Denpasar – Sebagai bentuk komitmen pemihakan kepada wong cilik seperti
petani GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar menggaungkan pentingnya kembali ke
pertanian organik.

Indonesia dikenal negara agraris terutama di Bali. Namun, semakin hari
pertanian ditinggalkan dan diabaikan karena dianggap ada sektor yang lebih
menguntungkan.

“Padahal untuk Bertani tidak perlu biaya mahal,” ujar Harto, Expert Pertanian
Organik dalam Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) ke- III lintas komisariat
yang diselenggarakan oleh DPC GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar.

Kegiatan menghadirkan pemateri dari Komunitas 05.30 yang terdiri dari Kisman
Hali Dari (Kementrian Desa), Harto/Mas Nyo (Expert Pertanian Organik), Urip
Sanjaya (Anggota Komunitas 05.30), Anak Agung Fajar (Expert Pertanian
Organannik) pada 1 -3 Februari 2020.

Para ahli di bidang pertanian ini memberikan materi kepada calon kader GMNI
Front Marhaenis Denpasar mengenai pertanian organik yang seharusnya bisa
menyejahterakan para petani.

Dia menyebutkan bahwa alam memiliki pupuk dan obatnya sendiri, dari alam untuk
alam, yang mana artinya alam harus dihidupkan dan dirawat secara organik.
Secara garis besar petani tidak perlu takut untuk merawat lahan taninya.

“Tidak semua harus di rawat dengan yang merogoh kocek yang tinggi contoh nya
pupuk kimia , dan membuat menjual lahan tani nya untuk kepentingan uang
sementara, sedangkan bahan baku makanan harus terus berputar,” ujarnya.

Ia juga berharap kepada para kader GMNI Front Marhaenis (FM) Denpasar mau ikut
dalam perjuangan memperbaiki nasib petani melalui praktik pertanian organik.

Senada, Kisman Hali anak muda seperti kawan kawan GMNI bisa agar
memperjuangankan petani dengan cara menyuarakan membeli hasil pertanian petani
daerah sendiri.

“Kawan kawan cukup menyuarakan stop subsidi lalu beli hasil produksi
masyarakat tani atau kawan-kawan memperjuangkan pemerintah daerah untuk stok
pangan di daerah petani” ujarnya.

Anggota Komunitas 05.30, Urip sanjaya menilai saat ini Bali hanya
memprioritaskan pariwisata bukan malah alamnya yang diperbaiki. Ia berharap
pulau dewata ini lebih mengembangkan agrowisata dengan menekankan hasil alam
dan melindungi lahan taninya.

“Bukan malah dijadikan beton untuk hotel dan lain lain,” katanya mengingatkan.

Alam adalah anugerah kita sebagai orang Bali maupun Indonesia itu sendiri
wisatawan dan pariwisata bonusnya coba deh kita berpikir seperti itu mungkin
banyak lahan tani tidak terjual untuk hotel dan villa.

Coba stop memalak petani dengan subsidi mungkin lahan taninya tidak di jual
oleh mereka” tuturnya.

Ketua DPC GMNI Front Marhaenis Denpasar Bung Putu Jody Feriawan menyatakan
pertanian bisa dibangkitkan lagi dan menjadi sektor ekonomi utama.

Namun, dengan catatan adanya perbaikan dengan memberantas mafia maupun kartel
pangan yang mengancam stabilitas harga yang justru merusak pertanian itu
sendiri. Selain itu konsep dalam memajukan pertanian harus jelas.

Jangan sampai masalah pertanian hanya “wangi” saat pemilihan umum saja.

“Tujuan PPAB ke III lintas komisariat DPC GMNI FM Denpasar untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kader GMNI. Dengan mengundang komunitas 05.30 agar para
pemuda dan pemudi yang tertarik expert Pertanian bisa tahu tentang teori
pertanian organik yang bisa di praktikkan langsung nantinya.

“Berharap kawan-kawan seperjuangan agar sadar banyaknya mafia pupuk dan
ketiadaan konsep jelas mengenai memajukan kesejahteraan petani sampai saat
ini,” ucapnya.

Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB III) di laksanakan mulai tanggal 1
Februari 2021 melalui daring yang moderatori oleh Dewa Gede Wahyu Pradnyana
dan di isi oleh Bung Sindhu Andredita dan Bung Akara (Ketua DPC GMNI Makasar).

Kemudian pada 2- 3 Februari yang berakhir dengan peyematan pin Sukarno Kepada
kader yang dinyatakan lulus PPAB III.

Dalam penutupan sesi terakhir Bung Jody Feriawan menuturkan dalam ideologi
Marhaenis sudah jelas menyatakan kita harus memperjuangkan kaum petani.

Bukan malah mempersulit para petani. Jangan hanya sekadar jargon pro wong
cilik Buktinya lahan pertanian setiap tahun di Bali terkikis atau berkurang
diakibatkan alih fungsi lahan.

Berdasarkan data yang didapat per tahun bisa berkurang sekitar 700 hektar dari
luas lahan pertanian di Bali 79 ribu hektar. Sebagai negara agraris, kata dia,
malu jika malah memperkosa ibu pertiwi sendiri.

Dia berharap kader seperjuangan dan para pemateri bersama saling rangkul bisa
memberikan waktunya untuk membatu petani tidak lagi di jebak oleh mafia -mafia
pupuk kimia dan lain-lain dalam konteks bahan rawat tani yang kimiawi.
(rhm)

Artikel Lainnya

Terkini