Kabarnusa.com –
Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Bali
menggelar buka puasa bersama dan dialog keislaman untuk memperkuat
silaturahmi dan menegaskan komitmen turut berkontribusi dalam membangun
masyarakat Bali ke depan.
Kegiatan mengusung tema membangun dan
mempererat silaturrahmi dalam rangka memperkuat ukhuwah Islamiyah itu,
dihadiri puluhan alumni HMI, berlangsung dalam suasana
hangat dan akrab di Rumah Makan Wong Solo Denpasar Minggu 26 Juni 2016.
Sesuai
tradisi HMI, yang mengepankan dialog dengan spirit Keislaman dan
Keindonesiaan, sejumlah tokoh senior KAHMI, menyampaikan pandangannya,
tentang bagaimana peran-peran umat Islam ke depan
khususnya, di Pulau Seribu Pura.
Ketua MUI Bali KH Muhammad Taufik Asy’adi,
Ketua Dewan Pakar KAHMI Bali dr Zakaria Adam dan Presidium KAHMI Bali
Hari Sumarno, berdiskusi dengan kalangan Jamaah KAHMI, maupun undangan
lainnya seperti pengurus Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Aisiyah dan
tokoh masyarakat lainnya.
Dalam pengatarnya, Presidium KAHMI Bali,
Hari Sumarno mengingatkan, kelemahan umat Islam dari sisi ekonomi,
sosial dan politik, yang perlu dijawab dan menjadi tantangan ke depan.
“Dari
sisi ekonomi, bagaimana ketika ada umat yang harus dibantu, kita
harusnya hadir, demikian pula sistem di birokrasi, hampir tidak
memiliki wakil yang duduk di posisi stratategis,” tandasnya.
Hal
sama dari sisi politik, posisi umat Islam belum memiliki posisi tawar
karena tidak adanya wakil-wakil yang duduk di lembaga politik atau
pemerintahan.
“Kami berkomitnen, bagaimana nanti ada pertemuan
lanjutan dan proses registrasi keanggotaan KAHMI yang sudah berjalan 90
persen,” sambungnya. Diharapkan, segera dibentuk kepengurusan KAHMI daerah Kota dan Kabupaten lainnya.
Sementara
itu, Ketua MUI Bali KH M Taufik Asy’adi menegaskan, komitmen umat Islam
untuk bersama-sama dengan kekuatan lain, bisa berkontribusi bagi kemaslahatan umat dan
bangsa.
“Saya ingin mengutip pesan Jenderal Besar Soedirman, bahwa HMI itu agar nantinya bisa menjadi Harapan Masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Apalagi,
dengan mayoritas umat Islam, tentunya memiliki tanggungjawab besar pula,
KAHMI sebagai cendekia untuk memikirkan bagaimana membangun bangsa dan negara ini.
“Bali itu
pulau kecil, kalau kita lihat di peta, tetapi ingat, sebuah bus itu, tidak
akan bisa jalan akan macet, karena pentilnya lepas,” katanya berilustrai.
Artinya, umat Islam tidak bisa sendirian dalam melakksanakan tanggungjawab terhadap umat, bangsa dan negara.
Untuk
itu, umat Islam harus menyatukan pikiran, bagaimana membangun masa depan
masyarakat dan bangsa, secara bersama-sama dengan kekuatan lainnya
termasuk di Bali.
“Kalimatun sawa, kita ingin membangun Bali,
dengan menegakkan pada persamaan dan keberagaman. Agama bukan sebagai
faktor pemecah belah, justru menjadi perekat,” katanya mengingatkan.
Sebab, dalam teologi Islam, sejatinya umat manusia itu adalah satu, karena semua sama-sama ciptaan Allah Tuhan Yang Maha Esa.
“Semua mahkluk itu, dihormati Allah sehingga kita harus mengamalkan tugas kita dalam kebersamaan dengan semua umat,” sambungnya.
Hal
sama ditegaskan Ketua Dewan Pakar KAHMI Zakaria, bahwa semangat
persaudaraan harus senantiasa dipupuk. Ada empat hal yang mengikat rasa
persaudaraan dan kebersamaan itu.
Pertama saudara sekandung atau
sedarah, kedua saudara seaqidah atau agama, ketiga saudara satu
masyarakat dan keempat saudara sebangsa atau satu negara.
“Kita
harus bisa menempatkan diri dengan baik, sebagai saudara sekandung,
semasyarajat, seagama dan sebangsa, yang penting bagaimana, antar sesama
saudara itu tidak saling sikut,” tandasnya.
Umat Islam hendanya
tidak saling terpecah belah dan jangan sampai dipecah belah oleh
kekuatan atau pihak lainnya. Karena itu, menjadi penting untuk tetap
menjaga persatuan, silaturhami dengan sesama umat maupun dengan umat
lainnya di Bali.
“Umat Islam itu, ada di mana-mana tetapi tidak
kemana-mana, seperti hewan landak ketika mencari kehangatan dia
berdekatan satu sama lain, mungkin ada yang kena tusuk terluka itu
wajar, demikian juga dalam hubungannya antar manusia,” imbuhnya. (rhm)