Perpaduan Harmoni: Bandara Bali Rayakan Paskah dan Galungan dalam Balutan Tradisi Lokal

Penumpang dan pengunjung Bandara Ngurah Rai disuguhi pertunjukan paduan suara berbusana adat, parade gebogan yang memukau, hingga tarian tradisional yang mempesona.

23 April 2025, 14:12 WIB

Badung – Di tengah denyut nadi pariwisata Bali yang terus bersemi, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengambil langkah inovatif dengan menggelar perayaan tiga hari raya keagamaan sekaligus: Paskah, Galungan, dan Kuningan. Lebih dari sekadar perayaan seremonial, inisiatif ini diproyeksikan menjadi katalisator ekonomi lokal, memberdayakan pengrajin dan seniman Bali melalui pemanfaatan material ramah lingkungan dalam setiap dekorasinya.

Bayangkan, wisatawan yang menginjakkan kaki di Bali disambut oleh instalasi seni megah berbahan dasar bambu dan daun lontar, bukan plastik sekali pakai.

Telur Paskah raksasa berukir, penjor yang menjulang anggun, hingga gebogan yang sarat makna, semuanya adalah buah tangan pengrajin lokal. Ini bukan hanya mempercantik bandara, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi komunitas kreatif di sekitar Bali.

Investasi dalam seni dan budaya lokal ini terbukti menarik perhatian. Penumpang dan pengunjung bandara disuguhi pertunjukan paduan suara berbusana adat, parade gebogan yang memukau, hingga tarian tradisional yang mempesona.

Puncaknya, tradisi Ngelawang yang akan datang diprediksi akan menjadi daya tarik tersendiri, berpotensi meningkatkan kunjungan ke area bandara dan sekitarnya.

General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Ahmad Syaugi Shahab, menegaskan bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi customer oriented yang cerdas, sekaligus komitmen untuk mengangkat kearifan lokal.

“Kami ingin bandara ini menjadi etalase kebanggaan Indonesia, sebuah beranda yang memberikan kesan mendalam bagi setiap wisatawan,” ujarnya.

Lebih jauh, tema “Unity in Diversity” bukan hanya pesan persatuan, tetapi juga peluang ekonomi. Keberagaman budaya Indonesia dihadirkan melalui lensa seni Bali yang unik, menciptakan permintaan akan produk dan pertunjukan budaya lokal.

Keputusan untuk menggunakan material ramah lingkungan dalam seluruh dekorasi adalah langkah strategis lainnya. Ini sejalan dengan tren pariwisata berkelanjutan, menarik wisatawan yang semakin peduli terhadap isu lingkungan.

Bandara I Gusti Ngurah Rai tidak hanya mempromosikan budaya, tetapi juga praktik bisnis yang bertanggung jawab, berpotensi meningkatkan citra Bali sebagai destinasi eco-friendly.

Dengan memperpanjang durasi instalasi hingga tiga minggu, bandara ini memberikan ruang yang lebih luas bagi para pelaku ekonomi kreatif untuk memamerkan karyanya.

Ini adalah investasi jangka panjang dalam promosi budaya dan pemberdayaan ekonomi lokal, sebuah langkah cerdas yang patut dicontoh.

Bandara I Gusti Ngurah Rai membuktikan bahwa pelestarian budaya dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan beriringan, menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi Bali.***

Berita Lainnya

Terkini