Pertama di Asia Tenggara, Mini Terminal LNG Beroperasi di Bali

12 Juni 2016, 08:21 WIB
Presiden Joko Widodo meninjau Mini Terminal LNG di Pelabuhan Benoa Bali (foto:istimewa)

Kabarnusa.com – Mini Terminal LNG yang dibangun di atas kapal
di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali merupakan terminal bongkar muat gas
pertama di Asia Tenggara.

Presiden Joko Widodo di sela lawatan di Bali menyempatkan meninjau termimal LNG itu bersama para menteri Sabtu 11 Juni 2016.

Direktur PT Pelindo Energi Logistik (PEL) sebagai pengelola Benoa LNG, Gembong
Primajaya menjelaskan, terminal ini merupakan terminal bongkar muat
gas, dimana gas LNG berasal dari Bontang milik Pertamina, diangkut
menggunakan kapal dan dikirim ke Benoa LNG

“Kemudian
dipindahkan ke FSU (Floating Stotage Unit) untuk disimpan dan dialirkan
ke FRU (Floating Regosificotion Unit) untuk diproses kembali menjadi
gas,” katanya.

Setelah itu, gas dialirkan melalui pipa
ke pembangkit (PLTDG) Pesanggaran dengan kapasitas 200 MW. Sistem
regasifikasi, Flooting Regosification Unit (FRU) ini didesain oleh
putra-putri bangsa dari ITB dan ITS.

“Ini merupakan
inovasi yang pertama di Asia Tengara. Ini merupakan pencapaian yang luar
biasa dan bukti bahwa Indonesia mampu,” ujar Gembong.

Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 13 ribu pulau.
Dalam mengintegrasikan negara kepulauan, Presiden Jokowi telah membangun
tol laut agar harga kebutuhan pokok lebih murah.

Selain tol laut, Presiden memperhatikan distribusi energi untuk menjawab percepatan pembangunan listrik 35.000 MW.

Berangkat
dari karakter Indonesia sebagai negara kepulauan dan keinginan
percepatan pembangunan infrastruktur listrik, maka sinergi BUMN, yang
terdiri dari Pelindo III, Pelindo Energi Logistik, Pertamina, PLN, dan
Indonesia Power, membangun Mini Terminal LNG pertama di Indonesia.

Mini Terminal LNG ini dibangun di atas kapal yang disandarkan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali.

Lewat temuan sistem pasokan gas ini, lanjut Gembong, pemerintah menghemat pemakaian bahan bakar senilai Rp 4 miliar per hari.

Mini Terminal LNG dan seluruh fasilitasnya mampu diwujudkan dalam waktu kurang dari 12 bulan.

Langkah ini merupakan satu jawaban dan solusi untuk pemerintah dalam mempercepat program pembangunan pembangkit 35.000 MW.

“Jika
sistem Mini Terminal LNG dibangun di Indonesia Timur dan daerah pesisir
pantai dalam kurun waktu satu tahun ke depan, maka akan terwujud
pencapaian pelistrikan yang sangat signifikan,” tambah Gembong.

Disebut-sebut,
Floating Regasification Unit (FRU) pertama di Asia Tenggara ini sudah
mulai dilirik beberapa negara dengan permintaan studi banding dari
Malaysia, Tiongkok, Jepang, Canada, Italia, dan Finlandia.

“Dengan
pencapaian putra-putri bangsa ini, merupakan jawaban terhadap masih
terhambatnya distribusi energi ke daerah kepulauan terutama Indonesia
bagian Timur.

Beroperasinya Benoa LNG Terminal sebagai
mini LNG terminal pertama, maka merupakan wujud nyata dari cita-cita
Presiden membangun dari pinggiran dengan kekuatan poros maritim. (kto)

Berita Lainnya

Terkini