Petani Gianyar Panen Bawang Merah dengan Pupuk Organik Berbasis MA-11

24 Juni 2016, 17:44 WIB
Bawang merah menggunakan pupuk organik berbasus MA-11 yang dikembangkan Bank Indonesia Bali (foto:kabarnusa)

Kabarnusa.com – Para petani di demplot seluas 1 Ha milik Subak Kembengan Kabupaten Gianyar Bali melakukan panen bawang merah yang menggunakan pupuk organik berbasis MA-11.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati mengungkapkan, Gianyar memiliki potensi di bidang pertanian yang cukup tinggi.

Pada tahun 2014, wilayah pertanian, perkebunan, dan hutan rakyat di Kabupaten Gianyar mencapai 73,5%, yaitu sebesar 27.069 Ha dari 36.800 Ha luas wilayah Gianyar dengan jumlah petani mencapai 48.000 orang.

“Namun pemanfaatan lahan pertanian tersebut belum digunakan untuk budidaya bawang merah. Hal ini membuat pasokan bawang merah di Kabupaten Gianyar sangat bergantung pada daerah lain,” katanya dalam siaran persnya Kamis (24/6/2016).

Berdasarkan hal tersebut, KPw BI Provinsi Bali dan Pemkab Gianyar berinisiatif mempelopori pengembangan komoditas bawang merah di Subak Kembengan.

Lahan yang sebelumnya ditanami padi diubah menjadi lahan bawang merah sebagai demplot uji coba dengan harapan dapat menjadi rujukan bagi subak-subak lain di Gianyar.

Peralihan lahan padi menjadi lahan bawang tersebut membutuhkan upaya yang cukup keras.

Pada lahan  bekas padi, tanah yang telah diolah dibiarkan hingga kering dan kemudian diolah lagi 2–3 kali hingga gembur sebelum dilakukan perbaikan bedengan-bedengan.

Waktu yang diperlukan mulai dari pembuatan parit, pencangkulan tanah hingga tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami adalah sekitar 3–4 minggu.

Dengan pendampingan Bank Indonesia Provinsi Bali dan para ahli pertanian yaitu Dr. Nugroho Widiasmadi (pencipta MA-11) dan I Dewa Gata (petani pakar dari Subak Pulagan, Kab. Gianyar), anggota Subak Kembengan memiliki komitmen dan motivasi tinggi dalam mensukseskan demplot bawang merah dengan perlakuan organik.

“Selain itu, mengingat anggota Subak Kembengan belum pernah berbudidaya bawang merah, kami juga mengundang petani pakar bawang merah dataran rendah dari Buleleng,” imbuhnya.

Petani Ketut Astawa mengajarkan tata cara budidaya bawang merah perlakuan organik kepada anggota Subak Kembengan.

ini, Subak Kembengan telah mampu berbudidaya bawang merah perlakuan organik yang dapat dilihat dari hasil panen bawang merah pertama kali di Gianyar hasilnya menggembirakan.

Berdasarkan hasil pengubinan bersama Dinas Pertanian Kab. Gianyar didapatkan hasil rata-rata sebesar 11,6 ton/Ha dengan hasil tertinggi sebesar 14,48 ton/Ha dengan ukuran umbi yang besar.

Selain itu, kelompok juga telah mampu membuat pupuk superbokhasi, biofarm, pestisida nabati dan fungisida nabati secara mandiri dengan memanfaatkan tumbuhan lokal sehingga dapat menghemat biaya pemeliharaan.

Kelompok itu juga telah mampu melakukan analisa pertumbuhan tanaman dan pengamatan hama/penyakit untuk mengantisipasi serangan hama/penyakit dan mengambil langkah penanggulangannya.

Pengembangan komoditas bawang merah di dataran rendah ini diharapkan mampu menyokong pasokan bawang merah di Provinsi Bali yang selama ini hanya terpusat di daerah dataran tinggi, yaitu di Kabupaten Bangli.

“Kami optimis dengan upaya dan sinergi yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Bali, TNI, Polri, Bank Indonesia dan Pemerintah Gianyar melalui pengembangan demplot bawang merah perlakuan organik mampu mendorong dan mengakselerasi peningkatan produksi pertanian,” sambungnya.

Selain itu mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan harga jual, sehingga akhirnya akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani. (gek)

Berita Lainnya

Terkini