Pola Baru Perekrutan Teroris Ancam Generasi Muda Lewat Game Online: Kapolri Serukan Kewaspadaan Dini

Kapolri Listyo Sigit membeberkan timnya menemukan tren baru konten bernuansa radikalisme disusupkan ke komunitas hobi berbasis gim daring.

21 November 2025, 22:25 WIB

Yogyakarta– Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyoroti temuan mencemaskan terkait pola baru perekrutan teroris yang kini secara masif menyasar anak-anak dan pelajar melalui platform game online.

Fenomena ini menjadi perhatian serius yang menuntut kewaspadaan kolektif masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan Kapolri usai acara Srawung Agung di Mapolda DIY bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada Jumat (21/11/2025).

Kapolri Listyo Sigit membeberkan timnya menemukan tren baru di mana konten bernuansa radikalisme mulai disusupkan ke dalam komunitas-komunitas hobi, khususnya yang berbasis gim daring.

“Beberapa waktu ini kita menemukan fenomena baru atau tren baru yang harus menjadi perhatian kita bersama, karena adanya beberapa hasil pendalaman dari kelompok-kelompok komunitas yang memiliki hobi,” ujarnya.

Listyo menjelaskan, hobi tersebut kini dimanfaatkan pelaku teror sebagai “pintu masuk” untuk menyisipkan ajakan atau paparan radikal melalui jenis-jenis permainan tertentu.

Ini menjadi cara halus yang berpotensi melunturkan pemahaman anak-anak tentang bahaya terorisme.

Meskipun kasus ini masih didalami, Kapolri menekankan bahwa fenomena ini tidak boleh diabaikan. Jika dibiarkan, dampaknya dapat mengancam keselamatan dan jiwa masyarakat.

“Kalau ini kita biarkan, tentunya akan berdampak terhadap terganggunya keselamatan masyarakat dan jiwa orang lain,” tegas Listyo, menyerukan agar pemahaman radikal ini tidak sampai diikuti oleh generasi muda.

Densus 88 Lakukan Penindakan
Kekhawatiran Kapolri didukung oleh data Densus 88 Antiteror Polri. Sebelumnya, Densus 88 telah membongkar jaringan terorisme yang memanfaatkan media daring ini.

Menurut keterangan Juru bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, sebanyak lebih dari 110 anak dan pelajar telah teridentifikasi menjadi korban perekrutan sejak akhir tahun 2024.

Dalam periode setahun, lima tersangka dewasa yang terlibat dalam tiga rangkaian kasus telah berhasil diamankan.

Kapolri memastikan, tim Kepolisian terus melakukan pendalaman intensif untuk menelusuri pola perekrutan dan celah yang dieksploitasi oleh pelaku.

Namun, ia menggarisbawahi pentingnya pelibatan masyarakat untuk melakukan pencegahan dini, dimulai dari lingkungan terdekat.

“Pelibatan masyarakat untuk bersama-sama mencegah dari awal, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, ataupun seluruh stakeholder yang ada, tentunya menjadi sangat penting,” jelasnya.

Listyo Sigit lantas berpesan agar orang tua dan pendidik meningkatkan pengawasan di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

“Anak-anak kita harus terus kita jaga. Tentunya jangan kita lepas, tapi bagaimana kita terus mengontrol, memberikan edukasi sehingga perkembangan teknologi itu memudahkan, bukan justru membuat generasi kita menjadi korban,” pungkasnya.

Dia berharap kewaspadaan kolektif dapat menyelamatkan anak-anak dari paparan paham berbahaya. ***

Berita Lainnya

Terkini