Yogyakarta — Polresta Yogyakarta menggelar audiensi untuk memfasilitasi perdamaian antara suporter PSIM Yogyakarta dan Persib Bandung pada Rabu (27/8/2025) sore. Pertemuan ini merupakan respons atas insiden kericuhan yang terjadi pada malam 25 Agustus 2025, usai pertandingan BRI Liga 1 2025/2026 antara kedua tim di Stadion Sultan Agung, Bantul.
Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Eva Guna Pandia, menjelaskan pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam tersebut berjalan kondusif dan diakhiri dengan kesepakatan damai secara kekeluargaan. Insiden kericuhan sebelumnya terjadi di dua lokasi, yakni wilayah Pingit dan area Parkir Ngabean, di mana sebuah bus yang mengangkut suporter Persib (Bobotoh) sempat terkepung.
Kombes Pandia menekankan pentingnya memahami regulasi Liga Indonesia yang melarang kehadiran suporter tim tamu dalam pertandingan tandang. Kebijakan ini sebenarnya telah disepakati dalam rapat koordinasi pengamanan pada 21 Agustus 2025, di mana alokasi tiket hanya ditujukan untuk suporter PSIM Yogyakarta.
“Kita mengharapkan dari masing-masing ketua suporter ini bisa mengimbau kepada seluruh anggotanya agar memahami bahwa permasalahan ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” ujar Pandia kepada awak media usai audiensi.
Terkait insiden di Pingit, Pandia menyebut kejadian itu hanya dipicu oleh masalah serempetan kendaraan dan telah diselesaikan di tempat melalui ganti rugi. Pihak kepolisian masih menunggu laporan resmi dari pemilik kendaraan lain yang terdampak insiden tersebut.
“Yang perlu kita evaluasi, sudah kita sampaikan tadi ke semua suporter, bahwa peraturan Liga Indonesia itu, pada pertandingan tandang, tidak boleh ada suporter yang datang. Nah ini yang perlu dipahami masing-masing suporter dan ke depannya agar jangan terulang kembali,” pungkasnya.
Perwakilan suporter PSIM dari The Maident, Rendy Saputra, mengapresiasi langkah cepat Kapolresta yang memfasilitasi dialog ini, serta menekankan bahwa banyak isu yang berkembang di media sosial tidak sesuai fakta di lapangan.
“Intinya, hal yang terjadi kemarin adalah lebih banyak kesimpangsiuran isu di lapangan, melalui media sosial tentunya. Kejadian di Pingit sebenarnya sudah diselesaikan. Ada juga kejadian lain yang disangkut-pautkan, padahal itu tidak ada kaitannya sama sekali,” terangnya.
Rendy juga mengingatkan bahwa insiden ini bisa berdampak terhadap perizinan pertandingan home PSIM mendatang dan citra Kota Yogyakarta sebagai kota wisata.
“Nanti dari kita akan mencoba memberikan sosialisasi maupun edukasi kepada adik-adik, bahwa kejadian kemarin adalah hal yang sangat-sangat tidak boleh diulangi. Apalagi itu bisa mengganggu perizinan kita di home berikutnya, dan tentu juga mengganggu kota Jogja sebagai kota wisata pada umumnya,” tegas Randy.
Sementara itu, Ketua Umum Viking Persib Club, Tobias Ginanjar, menyampaikan bahwa pihaknya tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Ia berharap audiensi ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh elemen suporter.
“Jogja itu selalu mendapat tempat istimewa bagi kami di Bandung. Kita ingin semuanya cepat selesai dan tidak melebar ke mana-mana. Yang paling penting adalah bagaimana kita semua bisa lebih bijak menyikapi informasi di media sosial,” ujarnya.
Lanjut Tobias menjelaskan, bahwa mayoritas suporter Persib yang hadir sudah dikoordinasikan dan berkumpul di titik aman seperti Pantai Cangkring dan Ultra, dengan total 26 armada. Menurutnya, insiden terjadi justru dari kelompok yang berada di luar koordinasi resmi Viking, yang kemungkinan datang ke Yogyakarta untuk berwisata.
Lebih lanjut, Ia juga menyampaikan terima kasih kepada elemen suporter PSIM seperti The Maident yang ikut membantu proses evakuasi saat situasi memanas.
“Mas Papres bahkan terkena lemparan batu saat membantu evakuasi, dan kami sangat mengapresiasi itu. Semoga perbuatan baik ini kita balas dengan kebaikan juga,” tandas Tobias.
Selain dua perwakilan tersebut, audiensi ini turut dihadiri oleh Presiden Brajamusti, Ketua The Maident, serta perwakilan dari Bobotoh, Viking, dan Ultras. ***