Presiden Minta Audit dan Koreksi Prokes untuk Nakes dan Pasien Covid-19

14 September 2020, 16:31 WIB

Pemerintah mempersiapkan tempat-tempat isolasi bagi pasien Covid-19,
baik yang tanpa gejala maupun yang memiliki gejala ringan. Salah satu
tempat yang masih siap Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran,
Jakarta/Biro Pers Setpres.

Jakarta – Presiden Joko Widodo meminta dilakukan audit dan koreksi soal
protokol keamanan untuk tenaga kesehatan dan pasien di seluruh rumah sakit,
sehingga rumah sakit betul-betul menjadi tempat yang aman dan tidak menjadi
klaster penyebaran Covid.

Pemerintah terus mempersiapkan tempat-tempat isolasi bagi pasien Covid-19,
baik yang tanpa gejala maupun yang memiliki gejala ringan. Salah satu tempat
yang masih siap yaitu Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas
mengenai “Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional”
melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 14
September 2020.

“Kita lihat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran ini masih kosong
untuk bisa menampung 2.581 (pasien). Ini masih mempunyai ruang, ini untuk yang
gejala ringan. Ini 858 di tower 6 dan 1.723 di tower 7.

Kemudian untuk flat isolasi mandiri di Wisma Atlet Kemayoran juga masih
tersedia kapasitas 4.863 (pasien), ini di tower 4 dan tower 5,” kata Presiden.

Selain di Wisma Atlet Kemayoran, pemerintah juga menyiapkan Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) di berbagai wilayah seperti di Ciloto yang telah
menampung 653 orang. Selain itu juga disiapkan Bapelkes di Batam, Semarang,
dan Makassar.

Di samping itu, pusat-pusat karantina untuk pasien dengan gejala ringan juga
terus disiapkan agar pasien tidak melakukan isolasi mandiri. Hal ini penting
untuk dilakukan guna mencegah potensi penularan kepada keluarga.

“Kita telah bekerja sama dengan hotel bintang 1, bintang 2 untuk menjadi
fasilitas karantina. Ini tolong juga disampaikan ada 15 hotel bintang 2 dan 3
di Jakarta dengan kapasitas 3.000 (pasien). Ini kita telah bekerja sama dengan
grup-grup hotel yang ada,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga meminta agar tempat tidur dan
ruang perawatan intensif atau ICU di rumah sakit rujukan untuk pasien
bergejala berat terus dipastikan ketersediaannya.

Secara khusus, Presiden meminta Menteri Kesehatan untuk segera melakukan audit
dan koreksi mengenai protokol keamanan di rumah sakit.

“Saya minta ini agar Menteri Kesehatan segera melakukan audit dan koreksi
mengenai protokol keamanan untuk tenaga kesehatan dan pasien di seluruh rumah
sakit, sehingga rumah sakit betul-betul menjadi tempat yang aman dan tidak
menjadi klaster penyebaran Covid,” ujarnya.

Presiden juga meminta agar ketimpangan kapasitas testing antardaerah terus
diperkecil. Misalnya, di DKI Jakarta kapasitas testing sudah mencapai 324
ribu, namun di Jawa Timur masih 184 ribu, di Jawa Tengah 162 ribu, di Jawa
Barat 144 ribu, dan di provinsi-provinsi lain masih di bawah 100 ribu.

“Jangan sampai ada yang sudah terlalu tinggi, tetapi ada provinsi-provinsi
yang lain yang masih jauh di bawahnya,” katanya.

Sebagai sebuah negara kepulauan, Presiden memandang bahwa penanganan Covid-19
tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang bukan kepulauan. Untuk itu,
pemahaman mengenai penyebaran Covid-19 sangat penting dalam menangani pandemi
ini.

“Saya juga minta ini kepada Menteri Kesehatan dan komite, satgas, untuk fokus
dalam penanganan ini sehingga hasilnya setiap minggu bisa kelihatan
angka-angkanya,” ujarnya.

Di penghujung arahannya, Presiden meminta agar penegakan disiplin dalam
menjalankan protokol kesehatan terus ditingkatkan, terutama memakai masker dan
menjaga jarak.

Presiden juga mengingatkan jajarannya untuk mempercepat seluruh program
insentif yang bersifat cash transfer guna mengungkit ekonomi nasional di
kuartal ketiga.

“Terakhir, terkait dengan pemulihan ekonomi nasional, kita masih punya waktu
sampai akhir September dalam meningkatkan daya ungkit ekonomi kita,
meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi rumah tangga di
kuartal ketiga ini. Oleh sebab itu, saya minta seluruh program insentif yang
sifatnya cash transfer agar benar-benar diperhatikan, dipercepat,” tandasnya.
(imh)

Berita Lainnya

Terkini