Jakarta – Memasuki satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, arah kebijakan luar negeri Indonesia dinilai mengalami kemajuan signifikan. Di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks, diplomasi Indonesia dinilai mampu menampilkan wajah baru yang lebih percaya diri dan berdaulat.
Presidium Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (FKMHII) Terpilih 2025/2026, Fathur Rahman dalam diskusi publik strategi diplomasi Indonesia di kancah global yang diselenggarakan Mahasiswa Prodi HI UPN Veteran Jakarta (23/10), menyebut diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo telah berada di jalur yang benar. Menurutnya, strategi diplomasi yang dijalankan mampu mengangkat kembali wibawa bangsa di kancah internasional.
“Diplomasi Indonesia sudah berada di track yang benar di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Masuknya Indonesia ke dalam BRICS menjadi bukti bahwa kita mampu memperluas jejaring kekuatan ekonomi global tanpa kehilangan identitas sebagai bangsa nonblok,” ujar Fathur Rahman, yang juga mahasiswa Prodi Hubungan Internasional UPN Veteran Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Ia menambahkan, selain memperluas hubungan dengan kekuatan baru dunia, Indonesia juga menunjukkan kecakapan dalam menjaga relasi dengan mitra lama seperti Amerika Serikat. Diplomasi yang dilakukan pemerintah dinilai tidak hanya terbuka, tetapi juga strategis dan berbasis kepentingan nasional.
“Indonesia berhasil menggunakan diplomasi bawah tanah untuk menjembatani kepentingan dengan Amerika Serikat, termasuk dalam upaya pengurangan tarif perdagangan. Ini menunjukkan kemampuan negosiasi Indonesia yang cerdas dan berdaulat,” jelas Fathur.
Selain aspek ekonomi dan politik luar negeri, Fathur menyoroti penguatan diplomasi maritim sebagai bagian dari strategi besar geopolitik Indonesia. Ia menilai, kepemimpinan Presiden Prabowo telah menghidupkan kembali visi poros maritim dunia dengan langkah konkret di tingkat diplomasi dan pertahanan laut.
“Dari segi maritim, Presiden sudah mampu membentuk arus aksi nyata dalam diplomasi kelautan. Indonesia kini cukup kuat untuk menjadi tolok ukur geopolitik dan geostrategis di kawasan Indo-Pasifik,” ungkapnya.
Fathur menegaskan, keberlanjutan arah diplomasi seperti ini penting untuk memperkuat national branding Indonesia di mata dunia. Menurutnya, konsistensi kebijakan luar negeri yang berdaulat akan menegaskan posisi Indonesia sebagai bangsa yang dihormati di tataran global.
“Hal seperti inilah yang harus kita pertahankan agar national branding Indonesia semakin kokoh di panggung global, bahwa kita adalah bangsa yang berdaulat, berpengaruh, dan dihormati,” tutupnya.***