KabarNusa.com – Jebloknya prestasi atlet Indonesia juga karena andil banyaknya pelatih yang tidak mau menerapkan sport science karena Iptek dianggap akan mempersulit pekerjaannya.
“Kalau benar-benar menerapkan sport science, atlet Indonesia akan mampu bersaing dengan atlet dari negara lain,” ujar Deputi IV Kemenpora Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga, Joko Pekik Irianto, Kamis, di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (18/12/2014).
Tanpa memanfaatkan sport science, prestasi olahraga atlet Indonesia akan terus tertinggal dari negara lain.
Hingga kini, masih ada pelatih yang menganggap Ipteks hanya sebagai bumbu olahraga.
“Padahal, Ipteks harus dijadikan sebagai ‘bahan baku’ untuk pencapaian prestasi olahraga,” ujar Pekik saat berbicara pada Diskusi Kamisan Kemenpora.
Masih banyak riset belum berotrientasi pada ‘need and problem’, praktisi – akademisi asyik bermain pada zona masing-masing.
Hanya saja, dia mengakui, anggaran riset di Indonesia masih terbatas. Untuk tahun anggaran 2013-2014, hanya 0,9 persen.
Padahal, lanjutnya Jepang meyiapkan dana 3.0 persen untuk riset, China (1,9 persen), dan India (1,2 persen).
Karenanya, dia mengusulkan agar Indonesia mendirikan Isntitut Olahraga Indonesia (IOI), menyelenggarakan riset tepat guna bersama PP/PB Cabang Olahraga bekerjasama dengan PT, PT OR dan Akademisi Olahraga.
Juga, pelatihan, peningkatan wawasan dan ketrampilan pelatih, pendampingan penerapan Iptek dan seterusnya. (nar)