Denpasar – Pemerintah Provinsi Bali menetapkan penanganan pascabanjir sebagai prioritas utama.
Hal ini ditegaskan dalam aksi bersih-bersih dipimpin Gubernur Bali, Wayan Koster, bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, di kawasan Pasar Badung dan Pasar Kumbasari pada Minggu (14/9).
Kegiatan ini berfokus pada pembersihan puing-puing, lumpur, dan sampah yang menumpuk akibat banjir. Gubernur Koster menginstruksikan agar mobil-mobil yang terjebak di area terdampak segera diderek untuk mempercepat proses pembersihan.
Diperkirakan ada sekitar 210 ton sampah yang harus dibersihkan setelah banjir melanda Bali pada Rabu (10/9) lalu.
“Saat ini kita fokus bersih-bersih dulu,” ujar Koster.
Ditegaskan, hal paling mendesak membersihkan area terdampak, membantu korban, dan memperbaiki infrastruktur yang rusak.
Penanganan Sampah dan Dampak Perubahan Iklim
Menteri Hanif Faisol Nurofiq menjelaskan, sampah pascabanjir akan diperlakukan sebagai sampah spesifik bencana. Sampah-sampah ini akan diangkut ke TPA Suwung untuk penanganan darurat selama sebulan ke depan.
Hanif juga menyoroti kondisi alam Bali yang dinilai tidak mampu menahan curah hujan tinggi, sebagai dampak dari perubahan iklim.
Ia menekankan pentingnya upaya mengembalikan kemampuan alam Bali, termasuk dengan memperluas cakupan hutan di hulu sungai.
Selain itu, ia mendukung penuh program penanganan sampah dari sumber yang dicanangkan Gubernur Koster, yang dinilai krusial untuk mencegah bencana serupa di masa depan.***