Produktivitas Tinggi, Percontohan Klaster Udang Kabupaten Sukamara Bangkitkan Ekonomi

24 Mei 2021, 10:08 WIB

Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara berhasil mengembangkan model
budidaya udang berbasis klaster seperti di Kabupaten Sukamara, Provinsi
Kalimantan Tengah.

Tidak hanya dari aspek teknis, BBPBAP Jepara juga berhasil mengintegrasikan
peran multi-stakeholders dalam pengembangannya, khususnya peran pemerintah
daerah dan kelompok masyarakat sebagai penerima manfaat langsung.

Hal tersebut ditandai panen raya udang di lahan percontohan seluas 5 hektare
milik Pokdakan Mina Barokah di Kecamatan Sungai Pasir, Kabupaten Sukamara,
Provinsi Kalimantan Tengah.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Gemi Triastutik,
mengapresiasi keberhasilan percontohan klaster di Sukamara.

Menurutnya keberhasilan ini bisa menjadi model yang bisa dikembangkan di
daerah lain. Terlebih menurutnya, ada pekerjaan rumah besar dalam menggenjot
nilai ekspor udang sebesar 250% di tahun 2024.

Jika daerah potensial lainnya mampu menerapkan model seperti di Sukamara,
target kenaikan ekspor akan dengan mudah tercapai.

Saat ini India sebagai pesaing utama, tengah dilanda gelombang kedua Covid-19
yang sangat parah dan data menunjukkan ada trend penurunan ekspor udang India
terutama ke Amerika Serikat dalam periode Januari-Maret 2021.

“Ini menjadi momen kita untuk menangkap peluang kekosongan suplai yang ada.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono juga menyampaikan bahwa
pasar udang semakin menjanjikan terlebih mengingat sudah adanya teknologi
untuk meningkatkan produksi,” jelas Gemi dalam keterangannya di Jakarta, Senin
(24/5/2021).

Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara, Sugeng Raharjo, menegaskan bahwa inovasi
teknologi yang dihasilkan BBPBAP Jepara harus mampu diukur dari kinerja dampak
secara ekonomi.

Menurutnya, BBPBAP Jepara harus menjadi center of excellent yang secara
langsung memberikan daya ungkit langsung terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat pembudidaya ikan.

“Saya kira keberhasilan panen udang di klaster tambak Sukamara ini disebabkan
karena ada integrasi antara inovasi dan manajemen terpadu yang berjalan
efektif pada setiap subsistem mulai dari pendampingan teknologi, penguatan
kelembagaan, dan peran multi-stakeholders di dalamnya.

Saya kira ini kunci kita dan kedepan model-model seperti ini akan kita
kembangkan dan replikasi di wilayah binaan kami,” tegas Sugeng.

Sugeng memastikan BBPBAP Jepara mulai merubah paradigma pendekatan
pengembangan dari hanya bersifat parsial menjadi lebih komprehensif, sehingga
target kita tidak berhenti pada output tapi lebih penting adalah dampak bagi
perekonomian masyarakat.

“Inovasi terus kita kembangkan, dan kita akan lakukan berbagai evaluasi agar
inovasi bisa dikembangkan dengan konsep pengembangan yang terukur secara
sosial ekonomi dan berkesinambungan. Untuk Sukamara ini, kami akan mengkaji
lebih detail seberapa jauh dampak secara ekonomi terutama mengukur rantai
nilai pada setiap subsistem usaha yang terkait,” pungkasnya.

Pada panen raya tahap pertama, Pokdakan Mina Barokah berhasil meraup hasil
produksi sebanyak 17,6 ton untuk 8 petak tambak dari total 18 petak atau
sekitar 3 hektare, dengan rata-rata produktivitas mencapai 10 ton per hektare.

Menurut Humaidi, Kepala Desa Sungai Pasir, dari total lahan 5 hektare,
masing-masing untuk petak produksi budidaya seluas 3 hektare, petak tandon
seluas 1 hektare dan seluas 1 hektare untuk pengelolaan limbah.

“Kami panen tahap satu pada delapan petak dengan hasil memuaskan. Apalagi ini
khan baru pertama kali dikenalkan konsep budidaya udang vaname di wilayah
kami. Dengan hasil ini, saya kira sudah jadi ukuran bahwa potensi yang ada
layak untuk dikembangkan dan budidaya udang bisa jadi alternatif yang
menjanjikan bagi masyarakat,” ungkap Humaidi.

Dia memastikan, percontohan klaster ini telah menarik animo masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan mulai bermunculan usaha sejenis di sekitarnya.

Dari panen tahap pertama ini, Humaidi memperkirakan ada perputaran dana hanya
dari hasil produksi saja mencapai sekitar Rp1,15 miliar, jika rata-rata harga
udang dibandrol Rp65 ribu per kg. Belum lagi perputaran dari sub sistem usaha
penunjang lainnya.

“Dampak awal dari percontohan ini dari sisi serapan tenaga kerja cukup banyak
yang terlibat. Untuk tenaga kerja tetap sendiri minimal 30 orang, belum lagi
tenaga tidak tetap yang bisa mencapai ratusan.

Ini termasuk karena di luar lahan percontohan sendiri, telah memicu
pemanfaatan lahan baru mencapai 30 hektare dari pembiayaan swadaya.

“Kami berterima kasih sekali pada KKP dalam hal ini BBPBAP Jepara atas
pendampingan, sekolah lapang yang sangat bermanfaat bagi kami untuk
mengembangkan usaha ke depan. Tentu didukung oleh komitmen Pemda melalui pak
Bupati,” kata Humaidi.

Bupati Sukamara, Windu Subagyo, menyatakan komitmennya untuk bersinergi dalam
memanfaatkan potensi lahan tambak yang ada. Pemda akan all out menyiapkan
berbagai fasilitas baik infrastruktur maupun dari sisi regulasi untuk
menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Dia memastikan pemda akan selalu siap memfasilitasi berbagai kemudahan akses
baik dari aksesibilitas infrastruktur, perlindungan kawasan dan regulasi.
Berkembangnya model seperti ini sangat berdampak langsung bagi pergerakan
ekonomi daerah.

Intinya, “Kami akan terus berkolaborasi dengan KKP untuk saling mengisi
tanggungjawab sesuai kewenangannya. Tentu tidak hanya berhenti pada kawasan
ini, kami sudah sepakat dengan pak Kepala Balai Jepara untuk menggarap potensi
lainnya,” jelas Windu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini