Denpasar – Musyawarah Provinsi (Musprov) VII Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Bali sukses digelar dengan aklamasi, menobatkan Prof. Dr. Made Suarta sebagai Ketua periode 2025-2029.
Pemilihan yang berjalan lancar dan bebas gejolak ini mendapat apresiasi tinggi dari Ketua Umum APTISI Pusat periode 2025–2030, Budi Djatmiko, M.Si., M.E.I.
“Alhamdulillah, aklamasi dalam waktu singkat ini menjadi pembelajaran penting di APTISI, menunjukkan kedewasaan organisasi,” ucap Budi Djatmiko usai membuka Musprov APTISI Bali di Denpasar Rabu 22 Oktober 2025.
Namun, di balik suksesnya regenerasi kepemimpinan, tantangan besar yang mendesak bagi seluruh kampus swasta di Indonesia, terutama di Bali, adalah kecepatan disrupsi teknologi.
Budi Djatmiko secara tegas menyoroti isu krusial robotisasi dan Artificial Intelligence (AI), yang bahkan mencakup teknologi implan memori seperti yang sudah dikembangkan oleh Elon Musk dan Tiongkok.
“Singkatnya, mau ahli apa tinggal pasang implan. Ini adalah pesaing serius bagi kampus-kampus. Kemajuan akan datang dengan sangat cepat,” tegasnya.
Fenomena ini telah terasa di lingkungan akademik, di mana mahasiswa (generasi Z) sudah terbiasa menggunakan AI untuk tugas, sementara banyak dosen masih tertinggal.
Lebih jauh, AI yang mampu mengumpulkan big data dan berfungsi layaknya perpustakaan ribuan buku secara instan, akan menggeser praktik pembelajaran konvensional.
Konsekuensinya, Budi Djatmiko memprediksi pergeseran fundamental: kampus berbasis tembok akan tergeser menjadi kampus berbasis cloud.
Transfer pengetahuan tidak lagi harus melalui tatap muka, dan Gen-Z yang hanya sanggup berkonsentrasi 3-5 menit menuntut model pembelajaran “learn how to learn.”
Jika kampus sekarang masih mengandalkan bangunan fisik, seperti PT Pos yang dulu ditinggalkan karena kemunculan email dan SMS, maka kampus akan ditinggalkan.
“Yang harus segera diperbaiki adalah peraturan-peraturan di Dikti dan kementerian agar sesuai dengan kebutuhan zaman, di mana e-book dan pembelajaran tanpa pertemuan fisik menjadi sebuah keniscayaan,” pungkasnya.
Kepada kepengurusan APTISI Bali yang baru, ia berpesan agar mampu menyatukan dan memperhatikan anggota yang tertinggal, menjadikan APTISI sebagai organisasi yang terus belajar dan mengembangkan anggotanya demi kemajuan bersama dalam menghadapi badai revolusi pendidikan ini. ***

