Profesionalitas Wartawan Jadi Kunci Menjaga Kondusifitas Bali.

PWI Bali menegaskan profesionalitas wartawan kunci utama dalam menjaga kondusifitas keamanan dan stabilitas sosial di Pulau Dewata.

4 Oktober 2025, 16:17 WIB

Denpasar – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali menegaskan profesionalitas wartawan adalah kunci utama dalam menjaga kondusifitas keamanan dan stabilitas sosial di Bali, terutama di tengah maraknya informasi tak terverifikasi di media sosial.

Penegasan ini mengemuka dalam diskusi bertajuk “Profesionalitas Wartawan dalam Mendukung Kondusifitas Keamanan di Wilayah Provinsi Bali” yang digelar di Denpasar pada Jumat (3/10) malam.

Diskusi yang menghadirkan wartawan senior Agus Putra Mahendra (PWI Bali) dan Rofiqi Hasan (Praktisi Media) ini dihadiri puluhan jurnalis dari berbagai media dan perwakilan organisasi pers di Bali, seperti AJI, IJTI, AMSI, SMSI, JMSI, IWO, dan UJB.

Verifikasi dan Etika sebagai Benteng Citra Daerah

Dalam pemaparannya, Agus Putra Mahendra yang akrab disapa Gus Hendra menyoroti tantangan jurnalisme di lapangan, termasuk saat meliput aksi massa.

Dia mengingatkan, wartawan bekerja berdasarkan Undang-Undang Pers dengan tugas menghadirkan informasi berimbang.

“Kebenaran wartawan itu bukan kebenaran materiil, tapi hasil verifikasi,” tegas Gus Hendra, sembari mengingatkan kesalahan liputan bisa berdampak besar dan permintaan maaf saja tidak cukup memperbaikinya.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga kecerdasan emosional dan intelektual dalam bekerja, sebab publik melihat wartawan sebagai sosok yang intelek.

Lebih lanjut, Gus Hendra memberi contoh pentingnya pemilihan diksi. Ia mencontohkan, menulis “kerusuhan di Bali” padahal kejadian hanya di satu titik dapat menimbulkan persepsi keliru dan merusak citra pariwisata Bali.

Tantangan Era Digital: Jangan Terjebak Viralitas

Senada, Rofiqi Hasan menyoroti tantangan di era digital di mana semua orang bisa mengklaim diri sebagai pembawa berita.

Dia menegaskan, di sinilah prinsip verifikasi dan konfirmasi menjadi sangat krusial agar media tetap dipercaya publik.

Rofiqi mengkritik banyak media yang kini terjebak mengejar viralitas dan melupakan kedalaman liputan.

“Padahal, media justru perlu memperkuat karakter liputan agar punya nilai lebih,” ujarnya.

Menurutnya, kebenaran dalam jurnalistik adalah hasil verifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan kebenaran mutlak.

Komitmen PWI Bali: Jaga Independensi dan Keselamatan

Sementara itu, perwakilan UJB, Rohmat, menekankan pentingnya independensi media agar tetap menyuarakan kepentingan publik dan tidak larut dalam kepentingan pemilik atau kekuasaan.

Dari AJI, Ayu Sulistyowati menambahkan, keunggulan wartawan dibanding media sosial terletak pada akurasi, verifikasi, dan Kode Etik Jurnalistik yang menjadi pegangan kerja.

Ketua Panitia Diskusi, Arief Wibisono, yang juga Wakil Ketua Bidang Pendidikan PWI Bali, menyatakan kegiatan ini adalah upaya membangun kesadaran kolektif agar wartawan tetap berpegang teguh pada Kode Etik.

Arief menekankan, wartawan hadir untuk menjaga ruang publik dari “distorsi” atau pemutarbalikan fakta, sekaligus memikirkan keamanan diri.

Arief menutup dengan menegaskan komitmen PWI Bali untuk memperkuat komunikasi dengan aparat dan stakeholder agar setiap peliputan berjalan aman tanpa gesekan.

Wartawan adalah mitra strategis dalam menjaga kondusifitas daerah, terutama Bali sebagai destinasi wisata dunia. Berita yang profesional bukan hanya memberi informasi, tapi juga menjaga keseimbangan sosial,” tutup Arief.***

Berita Lainnya

Terkini