![]() |
Air terjun Guyangan, Nusa Penida (foto:waklaba) |
Kabarnusa.com –
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengaku sempat menjadi sasaran amarah banyak
pihak lantaran memotong dana promosi pariwisata yang disebutnya
sebagai anggaran wara wiri yang dinilai tidak efektif.
Menurutnya, untuk
mempromosikan pariwisata Bali, kini tidak perlu menyedot anggaran besar.
Cukup memanfaatkan informasi dan teknologi berbasis internet, seperti
media sosial.
Betapa efektifnya
promosi lewat media sosial, yang demikian cepat dan sebarannya luas
hingga mancanegara.
Banyak tempat indah di Bali yang layak dikunjungi
wisatawan yang baru diketahuinya. Dicontohkan air terjun guyangan di Pulau Nusa Penida, mampu membuatnya berdecak kagum, atas keindahannya yang menawan.
“Saya lihat instagram
liburan bali, di sana banyak juga foto-foto tebing bagus sekali dan indah,
ada air terjunnya, bagus-bagus itu,” ujarnya dalam sebuah kesempatan
akhir pekan ini.
Seketika itu, Pastika bergumam, boleh juga media sosial instragram itu, menjadi sarana promosi pariwisata Pulau Bali.
Apalagi,
jika di lokasi digelar event internasional panjat tebing misalnya,
tentu akan menyedot animo wisatawan mancanegara untuk datang.
“Saya kira promosi dengan event seperti itu, saya kira bagus sekali, semua ikut
mendapat keuntungan, hotel terisi, demikian juga traval dan kuliner,”
sambungnya,
Jadi, orang yang datang dari berbagai negara, langsung uplod foto event itu. Langsung menyebar ke seluruh dunia.
Tidak perlu lagi, menyedot anggaran besar, untuk kegiatan promosi sampai ke mancanegara yang disebutnya wara wiri.
“Saya
sering dimarahi orang, karena anggaran wara wiri, dikurangi terus, saya potong terus,
karena belum tentu itu efektif, saya tahu ya ,” tukasnya.
Karenanya,
dia memilih tertarik menggunakan media sosial seperti
facebook,instagram atau twitter untuk mempromosikan destinasi-destinasi
baru di Bali.
Dengan kegiatan seperti panjat tebing di obyek
wisata, bisa menunjukkan kepada dunia bahwa alamnya cukup bagus, terpelihara, Dengan begitu, akan banyak wisatawan yang datang.
“Kita tunjukkan lewat media sosial itu bahwa alam kita eksostik, menarik, kalau rusak alamnya, tidak ada orang mau datang,” imbuhnya. (rhm)