“Pulang” Gaya Kontemplasi Sinema Nasional dan Asing

22 Januari 2015, 05:51 WIB

Kabarnusa.com – Kata ‘pulang ‘ coba diaktualisasikan sinema nasional dan asing yang memiliki beragam arti dan pemaknaan bagi masing-masing individu yakni kembali ke mula yang hakiki.

Tema itulah yang coba dihadirkan dalam Sinema Bentara yang digelar Bentara Budaya Bali kali ini, berlangsung Jumat 23-24 Januari 2015 Jalan. Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel, Gianyar.

Film-film dihadirkan langsung maupun tersirat mencerminkan tema “Pulang” dalam artinya yang sederhana maupun simbolis, yaitu sebuah upaya kontemplasi atau mulat sarira.

Sinema-sinema yang ditayangkan berasal dari Indonesia, Perancis dan Jerman,  antara lain: Lemantun (Wregas Bhanuteja, 2014), Sebelum Pagi Terulang Kembali (Lasya F. Susatjo, 2014), 8 Femmes (François Ozon, 2002), Selamat Siang Risa (Inne Febriyanti, 2013), Almanya – Willkommen in Deutschland (Yasemin Samdereli, 2009-2011), dan Solino (Fatih Akin, 2002).

Penata program Bentara Budaya Bali, Juwitta Katriana Lasut, mengatakan, Selain menjadi penanda awal tahun, melalui tema yang coba disuguhkan yaitu “Pulang”, diharapkan dapat membuka ruang peremenungan dan perenungan diri menyongsong tahun 2015. 

Film-film yang diputar kali ini merupakan karya terpilih karya sineas Indonesia maupun mancanegara.

“Masing-masing dengan keunggulan jalan cerita maupun sinematografinya mampu menghadirkan pemaknaan yang kaya, memiliki daya haru sekaligus juga bernada kritis, “ ungkap Juwitta Lasut.

Memaknai pemutaran film ini, digelar pula sebuah diskusi sinema pada Jumat (23/1), bersama penggiat dan pemerhati film, I Made Adnyana, S.H. Ia adalah seorang sutradara dan juga dosen Jurnalistik Penyiaran di Alfa Prima dan IKIP PGRI Bali.

Adapun program Sinema Bentara ini merupakan kerjasama Bentara Budaya Bali dengan Pusat Kebudayaan Perancis Alliance Française Denpasar, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut, Anti Corruption Film Festival (ACFFest), KPK RI dan Udayana Science Club (USC).

“Salah satu film yang akan diputar, yaitu Lemantun, terbilang menarik. Film ini diproduksi secara indie, disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Mengambil fokus cerita yang sederhana, yaitu sebuah lemari, tapi kuasa membawa penonton pada alur cerita yang lebih kompleks, “ tutur Vanesa Martida, koordinator Udayana Science Club (USC). (gek)

Berita Lainnya

Terkini