Puluhan Siswa di Sleman Keracunan Makanan, Diduga Setelah Santap Rawon Program Sekolah

Puluhan siswa dari beberapa sekolah di Kapanewon Mlati, Sleman, dilarikan ke Puskesmas Mlati 2 diduga mengalami keracunan usai makan rawon.

13 Agustus 2025, 20:02 WIB

Sleman – Puluhan siswa dari beberapa sekolah di Kapanewon Mlati, Sleman, dilarikan ke Puskesmas Mlati 2 setelah diduga mengalami keracunan makanan.

Gejala yang dialami para siswa meliputi mual, diare, dan pusing setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sleman, Dedi Aprianto, membenarkan adanya dugaan tersebut. “Ada beberapa siswa yang datang ke Puskesmas Mlati 2 yang memang diduga keracunan makanan,” ujar Dedi saat ditemui pada Rabu, 13 Agustus 2025. Ia menambahkan, penyebab pasti masih dalam proses pemeriksaan.

Dari data sementara, sebanyak 90 siswa mendatangi Puskesmas Mlati 2 untuk berobat. Sebanyak 15 siswa di antaranya harus dirujuk ke RSUD Sleman karena memerlukan observasi lebih lanjut, meskipun kondisi mereka stabil.

“Yang dirujuk itu triase kuning, perlu penanganan observasi. Tapi alhamdulillah, kondisinya baik-baik semua,” jelas Dedi.

Dedi juga menjelaskan bahwa para siswa yang dirujuk mengalami dehidrasi akibat muntah dan diare, namun seluruhnya dalam keadaan sadar.

“Ada dua yang kelihatan dehidrasi, tapi sudah tertangani dengan cairan infus. Tapi tetap dipondokan untuk observasi,” tambahnya.

 

Sementara itu, Kepala Puskesmas Mlati 2, Evita Setiani, memastikan bahwa tidak ada pasien dalam kondisi kritis.

“Kalau yang namanya dirujuk kan pasti lebih perlu penanganan dibanding yang dipulangkan. Tapi kondisinya sadar semua. Enggak ada yang koma atau semacamnya,” ujar Evita.

Kasus ini melibatkan tiga sekolah, yakni SMP Muhammadiyah 3 Malti dan SMP Pamungkas Mlati, yang sebagian besar siswanya ditangani di Puskesmas Mlati 2. Sementara SMP Muhammadiyah 1 Mlati melaporkan sekitar 58 siswa yang berobat di Puskesmas Mlati 1, namun semuanya sudah dipulangkan.

Lanjut Dedi mengungkapkan, dugaan makanan yang dikonsumsi diduga adalah rawon daging sapi yang dibagikan dalam program MBG.

“Kalau yang diceritakan tadi intinya makan rawon dimana rawon itu kan rawon daging ya ada togenya, itu seperti itu. Banyak yang bilang ada yang mengkonsumsinya makanan yang kemarin itu baru dikonsumsi terus baru gejalanya pagi tadi, ada yang seperti itu,” bebernya.

“Tadi juga ada yang mengaku yang makanan tadi pun katanya kok pas dimakan juga mual, ya itu ada. Itu kan, akhirnya kan dari tim kami yang lain kan mengecek kejadian itu lalu mengkonfirmasi, mensurvei. Jadi soal penyebab karena laum MBG atau bukan kami belum tahu karena masih diselidiki,” sambungnya.

Kendati demikian, ia masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan yang telah diambil oleh tim dari Polresta Sleman dan Dinas Kesehatan.

“Tadi sebagian sudah diambil sampelnya oleh inafis dan farmakmin. Tapi pemeriksaannya kan perlu waktu,” imbuh Dedi.

Oleh karena itu, saat ini pihak Dinas Kesehatan Sleman masih menunggu hasil uji laboratorium. Jika dalam 2×24 jam tidak ditemukan kasus baru, dugaan keracunan dianggap dapat terkendali.

“Data ini masih bergulir, kalau ada perkembangan atau apa, nanti akan dikabari lagi. Tapi insya Allah, kalau sampai besok enggak ada data tambahan, insya Allah aman. Biasanya kalau dicurigai keracunan makanan, keracunan makanan itu satunya paling lama 2×24 jam lah,” pungkas Dedi.***

Berita Lainnya

Terkini