Putri Marbot Berprestasi: Elsa, Semangat Juang yang Mengantarnya ke UGM

Elsa Yuliana (18), anak seorang marbot masjid berhasil menembus gerbang Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM)

11 Juni 2025, 04:09 WIB

Kulonprogo – Matanya berbinar, sorotnya penuh harap. Elsa Yuliana (18), gadis muda dari Sentolo, Kulon Progo, adalah potret nyata ketulusan dan kerja keras. Anak seorang marbot masjid ini berhasil menembus gerbang Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) di Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM.

Sebuah capaian membanggakan, apalagi ditambah subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 75 persen dari UGM, yang meringankan langkahnya menuju cita-cita.

Elsa adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Sudiyana (47) dan Parjiyah (48). Sudiyana, sang ayah, sehari-hari berprofesi sebagai marbot masjid sekaligus buruh cuci dengan penghasilan tak menentu.

Sementara sang ibu, Parjiyah, adalah ibu rumah tangga. Di tengah keterbatasan ekonomi, Elsa mengaku niatnya untuk lolos SNBP sudah bulat sejak ia duduk di kelas 10 SMA.

“Saya juga selalu belajar sendiri, karena orang tua saya nggak bisa mendaftarkan les untuk saya,” ucap Elsa dengan mata berkaca-kaca, Selasa (10/6).

Selama bersekolah di SMA Negeri 1 Wates, Elsa tak hanya sibuk dengan buku-buku pelajaran. Ia juga aktif berorganisasi, terutama Pramuka. Sang ibu, Parjiyah, bercerita bahwa putrinya kerap mengikuti berbagai lomba Pramuka hingga tingkat kabupaten dan berhasil meraih sejumlah penghargaan.

Dedikasi Elsa inilah yang memantapkan kedua orang tuanya untuk terus mendukung mimpinya berkuliah.

“Sejak dulu saya kalau misalkan Elsa ngomong ingin kuliah, ya saya dukung. Saya dukung Elsa buat kuliah di UGM. Bersyukur anaknya tahu kalau keinginannya besar jadi selalu mau usaha,” imbuh Parjiyah dengan haru.

Meredakan Cemas dengan Subsidi UKT

Kabar diterima di UGM tentu saja membawa kebahagiaan tak terkira bagi Elsa dan keluarganya. Bagaimana tidak, Elsa menjadi satu-satunya di keluarga yang berkesempatan menempuh pendidikan tinggi; ayahnya lulusan SLTA, ibunya SMEA, dan kakaknya lulusan SMK.

Namun, di balik rasa syukur itu, sempat terselip kekhawatiran akan biaya pendidikan yang harus ditanggung.

Sudiyana, sang ayah, mengaku sempat cemas, namun tetap berpegang pada keyakinan bahwa akan selalu ada jalan jika sang anak bersungguh-sungguh.

“Kalau senang pastinya ada. Tapi ya waktu itu tetap mikir-mikir. Senang sambil mikir ‘gimana ya besok bayarnya?’, gitu. Terus alhamdulillah Elsa bisa mendapatkan subsidi UKT dari UGM,” tutur Sudiyana, matanya ikut berkaca-kaca.

Elsa sendiri tak pernah merasa minder dengan pekerjaan ayahnya sebagai marbot. Bahkan, ia sering membantu ayahnya membersihkan masjid jika sang ayah kewalahan.

Ia mengaku senang bisa sedikit meringankan beban orang tuanya. “Sering juga ikut membantu jika Bapak capek,” katanya.
Mengangkat Derajat Keluarga
Dengan semangat membara, Elsa berharap dapat menyelesaikan kuliah di UGM tepat waktu dan segera bekerja. Bukan hanya untuk dirinya, melainkan demi membantu membiayai pendidikan adiknya.

“Setelah lulus mau ngapain sebenarnya saya cuma ingin mengangkat derajat orang tua saja. Soalnya kan nggak mungkin (keadaan ekonomi) seperti ini terus, adik saya juga masih SD. Nanti juga pengennya dikuliahkan, agar bisa ngangkat derajat keluarga,” tutur Elsa, penuh tekad.

Elsa bersyukur diberi kesempatan berkuliah di UGM dengan bantuan subsidi UKT. Baginya, kesempatan ini tak ingin ia sia-siakan untuk menggapai mimpinya, sekaligus membuka harapan baru bagi masa depan keluarganya.

“Pesan saya untuk teman-teman yang juga sedang berjuang, jangan menyerah apapun keadaannya, termasuk soal ekonomi. Semua itu pasti ada jalannya masing-masing. Kalau kita sudah niat dan terus berdoa serta berusaha, pasti ada jalan. Yang penting jangan menyerah,” pesan Elsa, mengakhiri perbincangan. ***

Berita Lainnya

Terkini