Kabarnusa.com – Ratusan seniman dalam dan luar negeri unjuk kebolehan dalam ajang tahunan pesta seni tari terbesar “24 Jam Menari”,di Solo, Jawa Tengah, Kamis (28/4/2016).
Ratusan penari yang tak datang dari Kota Solo, namun juga dari luar Kota Solo ini, selama 24 jam lamannya siap membius warga masyarakat.
Ajang ini menjadi opera terbesar bagi insan tari yang akan menampilkan ratusan karya tari.
Kegiatan melibatkan ratusan komunitas tari yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk juga peserta dari manca negara.
Tahun sebelumnya, Solo menari 24 jam yang dibuka rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Prof Dr Sri Rochana Widyastutiningrum, di Kampus ISI, Kentingann Jebres, Solo, Jawa Tengah ini, dimulai sekira pukul 06.00 WIB.
Untuk tahun ini, Solo menari 24 jam, secara resmi baru dimulai sekira pukul 16.00 WIB.
Adapun tema World Dance Day 2016 ini, ‘Menyemai Rasa, Semesta Raga,’ sebagai rangkuman dari 9 tema sebelumnya dan merekonstruksi pemahaman masyarakat tentang tari sejati.
Puluhan penari mempertunjukan kebolehan menarinya Sebelum dibunyikan gong tanda dimulainya kegiatan 24 jam.
Diantara penari dewasa, puluhan penari yang datang dari salah satu SMP di Blora, Jawa Tengah ini pun tak mau kalah dengan penari lainnya.
Mereka cukup kompak, terlebih para penari yang masih duduk dibangku SMP ini, begitu luwes membawakan tarian Barong Thir Thur Laskar Sogok Thungteng yang mereka ciptakan sendiri.
Usai tarian dari siswa SMP 5 Blora ini, puluhan penari lainnya yang datang dari Kalimantan, Sumbawa, Sumatera, Banyumas ini silih berganti menunjukan kebolehan menarinya.
Mendekati pukul 16.00 WIB, muncul 5 penari senior dari ISI yang menggelar tarian Umbul Dungo. Dengan pakaian khas adat jawa mereka menunjukan kebolehannya dihadapan ribuan akademi, warga masyarakat serta turis asing.
Sekelompok penari menyerupai prajurit kraton dengan membawa panji-panji. Diantara para penari tersebut terdapat dua perserta menari 24 jam Samsuri dari Solo dan Mudjo Setiyo dari Jakarta.
Keduanya menari 24 itu kemudian naik ke atas panggung dan menerima pengalungan bunga melati dari rektor ISI.
Tidak hanya itu, Samsuri yang kebetulan juga dosen ISI menerima pemukul menyerupai bergada.
Kemudian, kedua perserta 24 J menari mulai menunjukan kemampuan tariannya. Hitungan waktu menari 24 jam pun dimulai ketika jam menunjukan sekira pukul 16.16 WIB. Samsuri dengan alat pemukul gong yang ada di panggung kemudian memukul gong berulang kali sebagai tanda dimulainya menari.
Rektor ISI Sri Rochana Widyastutiningrum mengatakan tujuan dari 24 jam menari tersebut untuk mengajak orang lain senang. Karena dengan menari orang bisa melepas tekanan sehari-hari yang dihadapinya. Dan bisa menunjukan keselarasan.
“Dengan perayaan 24 jam menari ini, kami sekaligus ingin mengajak masyarakat untuk ikut merayakan hari tari dunia tanpa dibatasi sekat status sebagai seniman dan masyarakat biasa,” ungkap Sri Rochana Widyastutiningrum.
Selain di ISI, panggung Solo Menari 24 Jam digelar juga di Kota Solo, meliputi beberapa titik di Jl Slamet Riyadi, Ngarsopuro, dan Jl Jendral Sudirman.(tyo)