Tabanan – Sebanyak 236 orang siswa persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) seluruh Bali menjalani pendadaran sebagai rangkaian sebelum diterima menjadi warga PSHT. Acara pendadaran atau ujian bagi siswa putra dan putri itu, dipusatkan di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kecamatan Marga, Tabanan, Minggu (4/8/2019).
hadir memantau jalannya ujian bagi siswa, diantaranya Perwakilan PSHT Pusat Madiun di Bali Kangmas H Juwarno, Ketua PSHT Cabang Denpasar Mas Sunarto, Ketua PSHT Cabang Tabanan Mas Samingun dan Ketua Litbang PSHT Cabang Denpasar Mas Miftachur Rohman.
Ketua PSHT Cabang Tabanan Mas Samingun menyebutkan, siswa yang hadir dalam ujian kali ini, berasal dari delapan kabupaten dan kota di Bali yakni Jembrana, Buleleng, Tabanan, Denpasar, Badung, Gianyar, Klungkung dan Karangasem.
“Tabanan dijadikan pusat pendadaran, agar warga PSHT bisa mengetahui bahwa di sini ada Taman Pujaan Bangsa Margarana, disamping juga tempatnya luas, sehingga bisa sambil menikmati tempat yang indah ini,” tuturnya.
Ia meyakini, setelah sukses acara ini, akan berdampak pada perkembangan PSHT di Bali, lebih khususnya di Tabanan, Sekian lama para siswa dapatkan ajaran pencak silat. Sebuah pendidikan untuk sehat raga, mempertebal rasa percaya dan mengenali diri.
“Mereka belajar senam, jurus, kripen, senjata dan kerokhanian, dimana ada waktu untuk ujian (pendadaran) menandakan mereka cakap dan bisa lolos jadi warga PSHT,” imbuhnya.
Khususnya di Tabanan, PSHT akan berkembang pesat, insya Alloh bakal banyak anak-anak muda yang ikut bergabung dalam Persaudaraan PSHT ini. PSHT bisa diterima masyarakat karena, ikut mendidik manusia untuk berbudi luhur, tahu benar dan salah berdsarkan Pancasila dan Undang-Unadang Dasar 1945.
“Intinya PSHT itu adalah menyama Braya, atau mengutamakan Persaudaraan,” Terangnya.
Dalam kesempatan sama, Perwakilan PSHT Pusat Madiun di Bali, Kangmas Juwarno menyampaikan terima kasihnya kepada masyarakat yang bisa menerima kehadiran PSHT di Pulau Dewata.
Juwarno mengungkapkan, PSHT lahir untuk mendidik anggota atau warganya, agar mengetahui mana ya g benar dan mana yang salah.
“Saya kira ini poinnya, sesuai namanya seperti yang tercantum di lambang, kita ingin mencari saudara di Bali, Alhamdulillah rekan-rekan Bali yang ikut,” sebut mantan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tabanan ini.
Demikian juga dengan saudara-saudara lainnya seperti dari umat Nasrani dan lainnya. Pada intinya, PSHT sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung, tidak memandang latar belakang apapun baik agama, sukubangsa, kedudukan, strata sosial dan lainnya.
Karena itu, Juwarno yang merupakan perintis PSHT di Bali tahun 1991 berharap perguruan ini bisa berkembang dengan baik diterima masyarakat.
Juwarno menambahkan, setelah melihat para siswa menjalani sambung atau bertarung, sebagai rangkaian pendadaran, masih banyak senam dan jurus, yang belum diterapkan sehingga perlu lebih giat lagi belajar.
Meski demikian, saat masih dalam proses tahapan belajar sehingga sangat dimaklumi dan tentunya ke depan diharapkan bisa tampil lebih bagus.
Ditegaskan lagi Juwarno saat apel pembukaan, bahwa PSHT, tidak membedabedakan pangkat, derajat dan perbedaan lainnya karena ingin mendidik manusia yang berbudi luhur. Bahkan, salah satu warga PSHT, ada penyandang Disabilitas, juga membaur bersama dengan warga PSHT lainnya dalam persaudaraan.
“Meskipun secara fisik, tidak bisa mengikuti, namun secara spiritual kami ajarkan bersama-sama,” imbuhnya.
Ketua Litbang PSHT Cabang Denpasar Miftachur Rohman mengaku gembira melihat animo dan kesungguhan siswa mengikuti pendadaran sebelum diterima menjadi warga PSHT.
Menurutnya, semakin diterimanya PSHT di Bali, karena perguruan ini tidak semata mengajarkan olahraga bela diri namun lebih penting dari itu, ajaran untuk membangun persaudaraan tanpa membedakan latarbelakang apapun, semua satu menjadikan warga keluarga besar.
Sementara itu, jalannya pendadaran berlangsung tertib dan lancar bahkan mendapat perhatian masyarakat atau pengunjung Taman Pujaan Bangsa Margarana, yang turut melihat dari dekat sembari mengabadikan dengan kamera ponsel mereka. (rhm)