Rawan Bencana, 4 Alat Sensor EWS Karya UGM Dipasang di Bangli

9 Oktober 2016, 22:22 WIB

BANGLI – Sebanyak empat unit alat EWS (Early Warning System) karya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam mengantisipasi atau mendeteksi adanya bencana alam seperti gempa telah dipasang di tiga lokasi yakni Sungai Peceburan, Nyung Celalang dan Bonderek Kabupaten Bangli.

Diketahui, Bangli termasuk daerah rawan bencana tanah longsor serta banjir karena kondisi geogratisnya, kebanyakan perbukitan. Kondisi geografis itulah yang menarik perhatian penliti UGM DR. Wahyu Wilopo.

Dia melakukan pemasangan alat EWS (Early Warning System)  di wilayah Desa Abang Batudingding, Kintamani tepatnya di wilayah Dusun Dukuh.

Kegiatan itu merupakan Kerjasama  antara UGM dengan BNPD Bangli.  Untuk pemasangan 4 buah sensor EWS telah dilakukan tahun lalu sebagai bentuk ujicoba.

Rektor UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati,M.Sc.Ph.D  bersama rombongan UGM melakukan anjangsana sambil  melihat secara langsung alat yang dipasang di tiga lokasi yakni Sungai Peceburan, Nyung Celalang dan Bonderek Minggu (9/10/2016).

Hadir pula BPBD Prov Bali,Perbekel Desa Abangbatuding I Made Diksa dan  Tim Siaga Bencana Desa setempat.

Ardika Warga Banjar Dukuh yang Ketua Tim  Siaga Bencana mengatakan  sangat mengapresiasi alat EWS ini yang dipasang di Desa Abangbatudingding,

“Adanya alat ini membuat rasa cemas warga terhadap kemungkinan munculnya bencana longsor dan banjir bandang semakin berkurang”jelas manfaatnya  karena akan memberikan peringatan dini kewarga jika sewaktu-waktu bencana terjadi “paparnya.

Ardika menyampaikan sebelumnya tahun 1964 Desa Abangbatudingding terjadi bencana banjir bandang cdan menelan korban jiwa 4 orang meninggal dunia .Dengan jumah pemukinan penduduk 184 KK serta 570 jiwa”ucapnya.

Kepala DPBD Bangli I Wayan Karmawan, mengaku terbantu adanya alat EWS buatan UGM ini.

Apalagi, Dusun Dukuh pernah dilanda tanah longsong dan banjir bandang 52 tahun lalu.

Hadirnya EWS UGM diikuti dengan dilakukannya berbagai pelatihan tanggap bencana kepada masyarakat sehingga mengerti dan tidak lagi merasa cemas jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

“Masyarakat tahu mana jalur-jalur evakuasi  ketika terjadi longsor atau banjuir bandang”ungkapnya.

Menurut Peneliti UGM DR. Wahyu Wilopo, pemasangan  4 buah sensor EWS  terdiri dari ektensometer, tilmeter dan curah hujan (Rain Gauge).

Sebelum alat tersebut dipasang ,tim melakukan kajian risiko,sosialisasi,pembentukan tim siaga bencana, pembuatan peta jalur evakuasi,penusunan SPO evakuasi,pemasngan alat EWS dan galdi evakuasi.

“Selain itu, membuat kesepakatan bersama dalam pemeliharaan alat EWS”Kita menentukan lokasi mana saja yang kita anggap beresiko terancam” jelasnya.

Ditambahkan pula selain di Bangli dan juga dijadikan tempat penilaian dari ISO juga lebih 100 unit alat ini telah  diaplikasikan  di 16 provinsi  Indonesia.

“Sejumlah perusahan tambang luar negeri termasuk Bali di Kabupaten Karangasem, telah mengaplikasikan alat ini,”  imbuhnya. (aan)

Berita Lainnya

Terkini