Jakarta – Bangsa Indonesia memiliki banyak keunggulan komparatif dalam pentas pergaulan dunia internasional. Satu diantaranya adalah nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar perekat keutuhan NKRI sampai hari ini, 1 Juni 2025. Jejak sejarah membuktikan saat terjadi dialog antara Presiden Yugoslavia dan Presiden Soekarno: bahwa Soekarno meyakini dan tidak khawatir saat meninggal karena mewariskan way of life Pancasila, sedangkan Brozz Tito meyakini Negaranya tetap ada langgeng karena sudah meninggalkan tentara yang kuat dan hebat/profesional.
Pancasila sebagai sistem nilai filsafat, historis dan sosial politik bagi warga negara Indonesia harus direfleksikan serta di reaktualisasi dalam konteks global. Dinamika global yang bercirikan volatile, uncertainly, complex dan ambigous, (tidak stabil, tidak pasti, kompleks dan membingungkan), maka Pancasila memiliki kelebihan untuk ditawarkan dalam tatanan kehidupan global.
Mengapa demikian, karena secara empiris bangsa Indonesia yang majemuk berhasil direkatkan dan dipersatukan oleh nilai-nilai Pancasila dalam karakter Bhineka tunggal Ika. Oleh karena itu refleksi Pancasila secara empiris dan reaktualisasinya dalam konteks kekinian menjadi hal yang strategis.
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan spiritual dan menjaga iklim religiusitas rakyat Indonesia. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab menunjukan komitmen dan keberpihakan rakyat Indonesia pada jaminan hak asasi manusia secara universal.
Nilai Persatuan Indonesia membuktikan bahwa gotong royong adalah modal dasar kuatnya ikatan rakyat Indonesia, kemudian nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan menunjukan komitmen rakyat Indonesia pada pilihan sistem politik demokrasi. Sedangkan nilai luhur Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah goal dan tujuan utama yang tetus diikhtiarkan dan diperjuangkan.
Inspirasi Pancasila di era teknologi komunikasi dan informasi berpengaruh dalam pergaulan global. Oleh karena itu bangsa Indonesia berpeluang ikut serta aktif menawarkan solusi atas problematika global dengan pendekatan Pancasila.
Bagian dari solusi bisa dilakukan sebagai langkah diplomasi dan implementasi sila kedua Pancasila, yang bermakna bahwa, Bangsa Indonesia merasa dari bagian masyarakat Internasional oleh sebab itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
Keunggulan komparatif Pancasila berpeluang menjadi keunggulan komparatif bangsa Indonesia dipentas pergaulan dunia Internasional. Hal ini sempat disinyalir oleh Bung Hatta dalam konteks diplomasi, bahwa ibarat mendayung di antara 2 pulau.
Apalagi konteks hari ini muncul fenomena kekuatan multipolar bergerak lagi pada pertarungan bipolar ekonomi antara China dan USA. Oleh karena itu nilai keadilan sosial bagi warga dunia kompatibel dengan sila ke 5 (lima) Pancasila.
Hentikan perdebatan tentang hari lahir dan konsepsi Soekarno, M. Yamin, atau Soepomo yang diklaim. Pokoknya sekarang Pancasila adalah karya bersama milik bangsa. Oleh karena itu mari peran dan fungsi lembaga BPIP disupport dan diperkuat dalam pembinaan generasi muda.
Kemudian implementasikan pembelajaran MKU Pancasila dan PKN melalui pendekatan Deep learning sehingga kampus berdampak pada masyarakat Indonesia. Dalam rangka merawat ideologi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, maka manunggalnya rakyat bersama TNI dan Polri tetap strategis. Jangan lupakan sejarah sebagai refleksi peristiwa 1965. Terakhir berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa sebagai kunci maka NKRI tetap langgeng. Wallahu a’lam bisyawab.***