Rekam Sejarah Kota Lewat Karya Fiksi & Dokumenter

10 Oktober 2014, 06:00 WIB

KabarNusa.com – Perjalanan sejarah kota-kota di Asia dapat dilihat dari persepektif karya film fiksi dan dokumenter yang merekam perjalanan menuju sebuah kota sekaligus gambaran keseluruhan yang terjadi di tempat itu.

Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Forum Film Dokumenter, Chopshots Documentary Film Festival South East Asia, dan Udayana Science Club menggelar Sinema Bentara bertajuk “Journey and Recording The City” Sabtu (11/10) hingga Minggu (12/10) di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88 A Ketewel-Gianyar.

Beberapa film terpilih di antaranya: Tales From Jakarta; Eliana, Eliana; Zona of Initial Delution; Insein Rhythm; The Old Photographer, Kembali Merajah Mentawai; dan Padang Carnival. Beberapa di antaranya telah meraih penghargaan nasional, bahkan internasional.

“Merekam perjalanan dan pergerakan sebuah kota sejatinya adalah juga mendokumentasikan aneka perubahan sosial kultural, juga realitas yang terjadi di tengah masyarakat.

Film-film ini mencoba mempertemukan realitas sebuah kota dengan bermacam ingatan maupun bayangan yang tumbuh di benak penonton atas sebuah kota, sehingga lahir sebuah pengalaman serta pemahaman yang kaya dalam memandang “Kota” tersebut, “ungkap Vanesa Martida, Ketua Udayana Science Club dan Koordinator Program pemutaran film ini Jumat (10/10/2014).

Juwitta Katriana Lasut selaku penata program BBB, program sinema yang digelar rutin dan berkala ini ini juga merupakan sebuah upaya untuk bertukar pengalaman dan transfer of knowledge antara pencipta (kreator) dengan pemirsa.

Selain menayangkan film fiksi dan dokumenter, acara ini juga dimaknai dengan diskusi sinema yang mencoba menelisik proses kreatif para kreator dalam mencipta sebuah karya kreatif, mengangkat tema sebuah kota atau cerita perjalanan.

Pembicara pada program diskusi ini adalah Abu Bakar, sastrawan dan dramawan. Abu Bakar telah mencipta karya-karya pertunjukan yang dihadirkan hingga ke luar negeri.

Tales From Jakarta (Omnibus/56 min/2010/Indonesia) dan Eliana, Eliana (Riri Riza|83 min|2002|Indonesia) merupakan dua film yang menggambarkan kota dan masyarakat kaum urban yang dari waktu ke waktu berubah.

Keduanya menggambarkan latar kota Jakarta, silang sengkarut antara warga yang bertahan hidup di tengah laju perubahan yang dipicu oleh industri dan angan tentang kemajuan.

Film Eliana, Eliana  berhasil meraih Young Cinema Award dan Netpac/Fipresci Jury Award di Singapore International Film Festival, mendapat penghargaan Special Mention dalam ajang Dragons and Tigers Award di Vancouver International Film Festival, dan penghargaan Best Actress di Deauville International Film Festival, Perancis.

Sinema kali ini juga melihat kota dari sisi transportasi publik, khususnya kereta. Stasiun, adalah ruang pertemuan dan persinggungan antara realitas, pengalaman, ingatan, sekaligus pengharapan warga sebuah kota.

Sedangkan Padang In Carnival (Lidia K. Afrilita|20 min 30 sec|2012|Indonesia), masih mencoba menggambarkan tentang transportasi publik berikut landskap perubahan yang memicunya. (gek)

Berita Lainnya

Terkini