Rektor IPB Prof Arif Satria: Revolusi Pertanian Organik Wayan Koster Tak Dimiliki Gubernur Lainnya

Revolusi pertanian baru yang dilakukan Gubernur Bali, Wayan Kostern dengan mengembangkan Sistem pertanian organik dinilai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria tidak dimiliki gubernur lain di Indonesia.

10 Agustus 2023, 07:43 WIB

Tabanan – Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria menilai revolusi pertanian baru yang dilakukan Gubernur Bali, Wayan Kostern dengan mengembangkan Sistem pertanian organik tidak dimiliki gubernur lain di Indonesia.

Revolusi pertanian baru dilakukan Gubernur Koster dengan mengembangkan Sistem Pertanian Organik membuat Rektot Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria terkagum – kagum atas capaian Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, sekaligus memberikan harapan baru terhadap dunia pertanian di Indonesia yang lahir dari Bali.

Hal itu disampaikannya saat ikut melaunching varietas Gemitir Bali Sudamala bersama Gubernur Bali, Wayan Koster dan Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya di Kebun Percobaan Bali Gemitir, Desa Antapan, Baturiti Tabanan, Selasa 8 Agustus 2023.

Prof Arif Satria menambahkan, Wayan Koster adalah sosok Gubernur Bali yang memiliki visi begitu dashyat dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.

“Visinya yang diwujudkan dengan mendorong Sistem Pertanian Organik di Bali, tidak dimiliki oleh gubernur lain di Indonesia,” tegasnya lagi.

Selain itu sstem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 adalah upaya nyata Gubernur Bali, Wayan Koster untuk mengembalikan ekosistem alam dan langkah yang luar biasa ini merupakan sebuah komitmen yang sangat penting untuk di
dukung.

Karena perjuangan yang dilakukan Gubernur Koster, membuat Prof Arif Satria teringat sebuah novel berjudul ‘The Silent Spring’ yang menceritakan tentang bagaimana di Amerika ada musim semi yang semu akibat masuknya pestisida dan bahan – bahan kimia hingga
membuat serangga – serangga sudah tidak ada lagi.

Hingga menyebabkan daerah dataran sawah yang dulunya riuh dengan suara serangga, burung, dan binatang alam lainnya yang sangat indah, tiba – tiba sepi atau tidak ada. Karena semua ekosistem alam itu dirusak oleh pestisida dan bahan kimia tersebut.

Karenanya, pelaksanaan Sistem Pertanian Organik melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2019, menjadikan Gubernur Wayan Koster adalah pemimpin yang telah melakukan revolusi pertanian baru di Indonesia yang berangkat dari Bali.

Apa yang dilakukan Gubernur Bali, menyadarkan semua memang harus belajar dari alam, sebelum alam memberi pelajaran (marah) kepada Kita. Walaupun sejatinya, alam itu sudah mengajarkan kepada Kita tentang kehidupan.

Karena itulah, dirinya mengapresiasi terobosan Gubernur Bali, Wayan Koster yang telah menciptakan benih bunga Gemitir Bali Sudamala terdiri dari 5 warna, yaitu warna merah, putih, kuning, emas, dan oranye sebagai varietas lokal untuk dijadikan sebagai kemandirian produk – produk hortikultura Kita yang telah dimanfaatkan untuk
upacara keagamaan.

Hiasa dekorasi dan Gemitir Bali Sudamala mampu diversifikasi menjadi produk teh, kue, skin care untuk merawat kulit wajah, hingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Inilah harapan baru pertanian di Indonesia yang lahir dari Bali.

Pada kesempatan itu, Gubernur Bali, Wayan Koster menjelaskan pengembangan benih bunga Gemitir Bali Sudamala mulai dilakukannya diawali pada tanggal 2 Agustus 2019 dengan menugaskan Tim Peneliti yaitu bernama : Prof.Dr. M. Syukur (IPB), Dr. Syarifah Iis Aisyah (IPB), Prof. Dr. Dewi Sukma (IPB), dan Prof. Dr. Dewa Suprapta (UNUD). Penelitian dilaksanakan mulai tahun 2020, dan pada akhir tahun 2022 sudah mampu menghasilkan benih yang bisa ditanam.

Benih bunga Gemitir Bali Sudamala yang dihasilkan mulai ditanam oleh Gubernur Bali, Wayan Koster pada, Rabu 31 Mei 2023, dan secara perdana berhasil dipanen pada, Rabu 19 Juli 2023 dengan menghasilkan 5 warna, yaitu warna merah, putih, kuning, emas, serta oranye.

Pengembangan benih bunga Gemitir Bali Sudamala sebagai langkah nyata untuk memberikan kesejahteraan kepada para petani di Bali sesuai prinsip Trisakti Bung Karno yang salah satunya mewujudkan Berdikari secara Ekonomi, sekaligus menghentikan laju impor benih
bunga gemitir melalui Transformasi Perekonomian Bali dengan Ekonomi
Kerthi Bali.

Penghentian laju impor benih bunga gemitir yang dilakukan Gubernur Bali, Wayan Koster dengan mengajak peneliti di Perguruan Tinggi mengembangkan benih bunga Gemitir Bali Sudamala juga sebagai penegas bahwa Kita sebagai negara agraris, bisa berdaulat di
bidang pangan.

Selama ini petani menanam benih bunga gemitir impor senilai Rp. 30 Miliar per tahun. Kebutuhan Bali terhadap bunga gemitir sangatlah tinggi dengan jumlah yang besar untuk upacara adat dan keagamaan hingga dekorasi.

“Sehingga perdagangan bunga gemitir di pasar-pasar setidaknya mencapai diangka Rp. 200 Miliar per tahun, ucap Gubernur Koster dalam sebuah kesempatan.

Dalam 2-3 tahun ke depan, Petani Bali sudah menanam benih bunga Gemitir Bali Sudamala yang dikembangkan sendiri di Bali, sekaligus tidak ada lagi yang namanya impor.

Dalam kegiatan launching varietas Gemitir Bali Sudamala, Gubernur Bali, Wayan Koster yang didampingi Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada secara langsung membagikan benih bunga Gemitir Bali
Sudamala kepada Kelompok Petani di Kabupaten/Kota se-Bali

Kegiatan diakhiri penandatanganan kesepakatan bersama pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Provinsi Bali dengan Rektor Institut Pertanian Bogor. ***

Artikel Lainnya

Terkini