RI Lolos Jebakan Negara Berkembang, Ini Alasannya

12 Desember 2013, 20:52 WIB
Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri (Kabarnuisa)

Kabarnusa.com, Nusa Dua – Indonesia memiliki optimisme dapat keluar dari jebakan “middle income trap” yakni suatu kondisi di mana kelompok negara berpendapatan menengah sulit naik ke negara berpendapatan tinggi dalam jangka waktu lama.
 

Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri mengakui, adanya ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global dewasa ini, bisa berimplikasi negatif bagi negara-negara berkembang.

Negara berkembang yang menghadapi peningkatan potensi risiko untuk masuk ke dalam perangkap negara kelas menengah (middle income trap).

Diketahui, fenomena tersebut banyak dijumpai di berbagai negara berkembang termasuk  Indonesia.

“Indonesia saat ini belum tergolong pada negara yang masuk ke dalam jebakan kelas menengah,” katanya dalam Seminar Internasional mengenai Middle Income Trap yang diselenggarakan tripartit Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Bank Indonesia di Nusa Dua, Bali Kamis (12/12/2013), 

Merujuk pada standar internasional, maka durasi waktu suatu negara bisa dikatakan terperangkap dalam jebakan kelas menengah adalah sekitar 42 tahun.

Dia menyebutkan, Indonesia pada saat ini berada dalam status sebagai negara kelas menengah dengan pendapatan per kapita sekitar US$5.170 (standar harga internasional PPP 1990).

Indonesia telah masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah pada awal tahun 1990-an. Dengan demikian, peluang terhindar dari middle income trap masih cukup besar.

Selain itu, memiliki potensi yang sangat besar untuk naik kelas ke kelompok negara berpendapatan tinggi.

Beberapa faktor mendasarinya seperti potensi ekonomi yang sangat besar baik berupa kekayaan alam maupun jumlah penduduk yang besar mencapai 250 juta orang.

Secara demograsi struktur penduduk  di Indonesia didominasi oleh kelompok produktif yang sangat menguntungkan bagi perekonomian nasional dan fenomena ini dikenal sebagai bonus demografi.

“Kinerja ekonomi makro kita cukup baik meskipun tidak mudah memang untuk melakukan lompatan dari kelompok kelas menengah kepada kelompok berpenghasilan tinggi,” terangnya.

Diingatkan, beberapa tantangan dihadapi Indonesia untuk bisa melakukan lompatan menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Secara eksternal beberapa tantangan tersebut adalah ketidakpastian global dan tingginya volatilitas harga minyak.

Dari sisi domestik, beberapa tantangan yang dihadapi adalah perlambatan produktivitas ekonomi, tren penurunan produksi minyak.

“Masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta adanya peningkatan inequality adalah tantangan yang akan dihadapi ke depan,” tutupnya. (gek)

Berita Lainnya

Terkini