Jakarta – Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diminta melanjutkan estafeta perjuangan dan perkaderan yang ditinggalkan tokoh senior HMI H Ridwan Saidi
Harapan itu disampaikan tokoh HMI yang juga instruktur nasional Nilai Dasar Perjuangan (NDP), MHR Sikha Songge.
Menurutnya, seluruh keluarga besar HMI harus tetap tegar, tegap dan tegas melanjutkan estafeta perjuangan, jejak langkah perkaderan yang ditinggalkan almarhum.
Peristiwa kematian merupakan hak Allah semata. Tiada satupun hal atau peristiwa yg menimpa umat manusia selain atas izin Allah.Olehnya, diucapkan Innalillahi wainna ilaihi rojiuun.
“Hari ini 25 Desember 2022, Keluarga Besar HMI dan Umaat Islam dan Bangsa Indonesia tertimpa kedukaan atas Meninggalnya Senior, Guru, Orang Tua, Tokoh Bangsa, abangda Drs. H Ridwan Saidi, dipanggil kehariban Allah SWT,” ucap MR Shika Songge dalam keterangan tertulisnya.
Tugas terbaik sebagai umat yang ditinggalkan, agar mengikhlaskan kepergiannya dengan doa tulus moga Allah al Ghofar mengampuni segala khilaf dan salahnya.
Dan Allah Al Jalal, Wal Mutakabbir menerima segala amal baiknya, karya dan pandangannya dengan pahala yang berlipat ganda, serta menempatkannya menjadi ahlul jannatul ma’wah dan kekal di dalamnya.
Lebih lanjut, MR Shika Songge mengisahkan pada awal tahun 1990-an berkenalan dengan Bang Ridwan Saidi. Melalui kegiatan Bedah Buku di ruang media Majalah Himmah UII, Jln Cik Ditiro Yogyakarta.
Saat itu dirinya diminta untuk membedah buku JIB Jong Islamieten Bond (JIB) tulisan bang Ridwan Saidi.
Beberapa hari ini sejak berita kabar, Ridwan Saidi ikhabarkan sakit, dan dirinya mencari lagi buku JIB tersebut.
Ternyata buku yang mengkisahkan pergumulan intelektual politik para pemuda Islam, mahasiswa Islam di zaman Belanda sudah tidak lagi pada deretan buku-buku di lemari bukunya mungkin sudah berpindah tangan.
Buku itu tentu mengisahkan garis linier dealektika pergerakan intelektual politik aktivis Islam di zaman Belanda yg kemudian menjadi pelopor pendiri dan pemimpin negara di awal kemerdekaan.
Mereka yang berdialektika di JIB itu kemudian menjadi pemimpin yang sangat berkarakter, berintegritas, intelektual muslim, technocratis, negarawan, tulus dan sederhana.
Pandangan keagamaan mereka sebagai muslim menginstitusi menjadi etos pergerakan dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara.
Tentu idealisme pergerakan, spirit kejuangan tokoh Jong islamieten Bond juga turut mempengaruhi alam pemikiran generasi pendiri HMI Tahun 1947 di Yogyakarta.
Beberapa tahun lalu sekitar tahun 2015, 28 November di Taman Ismail Marzuki, almarhum menghadiah saya sebuah buku “aku HMI” Narasi Ridwan Saidi.
“Ada banyak hal dari pernyataan Bang Ridwan Saidi yang saat itu terungkap soal HMI, namun saya kira tidak pada tempatnya dipaparkan di sini,” tandas mantan Ketua HMI Cabang Yogyakarta ini.
Belakangan, MR Shika Songge kerap bertemu di Masjid Cut Mutiah, selain sholat bareng bang Ridwan selalu hadir mewarnai emperan masjid dengan pemikiran kritis dan progresifnya terkait situasi bangsa dan negara. ***