Jakarta – Teripang pasir mungkin nama yang terdengar agak asing di
telinga masyarakat awam. (30/1/2021). Pamornya tidak “sebeken” komoditas
perikanan lain, seperti ikan lele. Namun siapa sangka ternyata komoditas ini
memiliki kandungan gizi dan nilai ekonomis yang tinggi.
Sayangnya, akibat mengandalkan penangkapan di alam, teripang pasir bisa
terancam punah. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset
dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), punya solusinya.
Teripang merupakan biota laut yang termasuk ke dalam filum Echinodermata.
Dikenal juga dengan istilah timun laut, sea cucumber, dan bêche-de-mer.
Teripang sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat Asia sebagai makanan
dan obat tradisional karena memiliki kadar protein dengan kandungan lemak
rendah, mengandung vitamin E yang dapat berperan sebagai antioksidan, serta
mengandung mineral yang sangat penting dalam jumlah yang tinggi, terutama
kalsium dan magnesium.
Teripang pasir juga mengandung omega-3, omega-6, omega-9, dan 16 jenis asam
amino. Karena itu usaha perbenihan dan budidaya teripang pasir perlu dilakukan
sebagai salah satu komoditas di bidang akuakultur.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, berbagai bahan bioaktif dari teripang
semakin banyak diketahui, baik sebagai sumber senyawa bioaktif farmakologis
maupun dalam bidang kosmetika.
Sampai saat ini, teripang yang diperdagangkan masih mengandalkan hasil
tangkapan alam sedangkan hasil budidaya masih sangat terbatas.
Dalam dua dekade terakhir, kesulitan memperoleh teripang dari alam juga
terjadi di Indonesia akibat penangkapan teripang yang berlebihan. Cepat atau
lambat kepunahan spesies ini semakin terbuka, jika usaha budidaya tidak
berhasil dilakukan.
Mata rantai utama dalam sistem produksi teripang adalah penyediaan benih.
Melalui serangkaian penelitian, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan
Perikanan (BBRBLPP) Gondol-Bali, salah satu Unit Pelaksana Teknis BRSDM, telah
berhasil mengembangkan teknologi perbenihan teripang pasir (Holothuria scabra)
di hatcheri.
Selanjutnya benih tersebut dibudidayakan di bak beton, di tambak dengan
menggunakan hapa, dan di laut dengan menggunakan kurung tancap.
Keberhasilan BBRBLPP dalam melakukan budidaya teripang pasir membuka peluang
perkembangan usaha budidaya teripang di masyarakat terlebih bahwa teripang
pasir hasil budidaya terbukti memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan yang
berasal dari alam.
Pada kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono ke
BBRBLPP, pekan lalu, lokasi penelitian budidaya teripang pasir ini merupakan
salah satu tempat yang mendapat perhatiannya.
Ia berharap, hasil penelitian dari balai riset, termasuk teripang pasir, dapat
diimplementasikan di masyarakat untuk menggerakan roda perekonomian guna
kesejahteraan masyarakat.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti arahan
Menteri tersebut.
Sjarief berencana akan membuat instalasi-instalasi kecil di balai riset. Ia
juga sudah berkomunikasi dengan Gubernur Bali I Wayan Koster dan selanjutnya
Gubernur akan menetapkan sentra-sentra perikanan, termasuk teripang pasir, di
Bali. (riz)