KabarNusa.com – Sebuah ritual bernuansa magis digelar Desa Pakraman Kesiman Kecamatan Denpasar Timur, delapan hari setelah hari raya Kuningan dengan Upacara disebut Ngrebong atau Pangrebongan.
Ritual rutin itu digelar pada Redite Pon wuku Medangsia, Minggu (4/1) yang bertempat di Pura Dalem Petilan Desa Pakraman Kesiman di Jalan Wr Supratman, Denpasar.
Wakil Bendesa Adat Desa Pakraman Kesiman, Wayan Radig, menyebutkan, ritual berlangsung sehari ini diikuti 31 banjar di wilayah Desa Pakraman Kesiman.
Juga pelawatan Ida Bhatara dari beberapa Pura di lura wilayah Kesiman yang memiliki keterkaitan dengan Kesiman antara lain Sanur, Bukit Jimbaran, Pamogan, Bekul, Tohpati.
Pertemuan para Dewa-Dewi atau Bhatara-Bhatari di Pura Dalem Petilan, menjadi makna dari upacara Ngrebong itu sendiri yang memiliki makna berkumpul.
Ribuan umat penuh sesak mengerumuni areal pura Dalem Petilan. Wantilan yang digunakan untuk arena Tajen juga penuh sesak yang merupakan bagian dari prosesi upacara.
Dijelaskan Radig, rangkaian ritual Ngrebong berlangsung sejak pagi sekitar pukul 08.00 wita, diawali Bhatara lunga (datang) dari pura masing-masing menuju Pura Dalem Petilan.
“Mulainya upacara Ngrebong tergantung dari kesiapan sarana prasana upakara dan pemangku,” jelasnya.
Mengenai prosesi Ngrebong, dijelaskan Wayan Radig akan dimulai dengan mengitari wantilan Pura Dalem Petilan ke kiri sebanyak 3 kali. Saat mengitari wantilan inilah kerauhan massal terjadi.
Hingga beberapa pemedek yang mengalami trans juga menusuk-nusukkan sebilah keris ke bagian tubuhnya yang dikenal dengan istilah ngurek atau nguying.
Ajaibnya tidak satupun dari yang terluka. Mereka meyakini adanya kekuatan magis sehingga tak mengalami luka sedikit pun.
Selain upacara ngerebong, akan diadakan juga beberapa pentas seni oleh Kesiman Petilan, yakni kolaborasi penampilan anak, janger, lawak, dolanan dan masih banyak lagi penampilan seni lainnya.
Tidak hanya keunikan dengan adanya kerauhan massal, ritual Ngrebong juga dikenal dengan pemasangan penjor upakara yang megah mulai dari jeroan pura, jaba tengah, jaba sisi hingga di pinggir jalan Wr Supratman.
Penjor yang didominasi berbahan bambu petung itu telah dipasang masing-masing banjar sehari sebelum ritual Pengrebongan, yaitu Sabtu (3/1). Setiap banjar telah ditentukan lokasi tempat menancapkan penjor.
“Penjor ini secara rutin dilombakan, untuk membangkitkan jiwa seni warga khususnya para generasi muda.
Dibuat megah dan besar karena mengatasnamakan Banjar, jadi harus dibuat semaksimal mungkin,” jelas salah seorang warga.(gek)