Ritual Tebang Pohon Usia 300 Tahun Agar Terhindar Bencana

5 Januari 2015, 09:38 WIB
Bupati Gde Agung hadir dalam prosesi Napak “Kepuh Kembar” di Setra Alit, Desa Adat Kapal, Mengwi.

KabarNusa.com – Warga Desa Adat Kapal kecamatan Mengwi, menggelar ritual sebelum menebang pohon “kepuh kembar” yang diperkirakan berusia 300 tahun agar terhindar dari bencana.

Bupati Gde Agung sempat hadir dalam prosesi Napak “Kepuh Kembar” di Setra Alit, Desa Adat Kapal, Mengwi, Sabtu 3 Desember 2014.

Upacara napak ini dilakukan karena salah satu dari pohon kepuh kembar sudah lapuk termakan usia, selanjutnya akan diganti pembangunan pelinggih.

Menariknya, beberapa warga yang mengikuti upacara, kesurupan namun upacara tetap berjalan dengan lancar.

Upacara dihadiri Camat Mengwi I Gst. Ngr. Jaya Saputra, Lurah Kapal I Nyoman Sudiarta, Bendesa Adat Kapal A.A. Gede Darmayasa serta Prajuru Adat se-Desa Adat Kapal.

Bupati Gde Agung menuju salah satu pohon kepuh yang akan di tebang. Di bawah pohon tersebut Beliau juga nunas ica bersama pemangku dan dilanjutkan dengan napak (memotong/menandai pohon kepuh dengan kapak).

Kata Bendesa Darmayasa, dengan napak tersebut, pohon kepuh sudah bisa ditebang.

Darmayasa menuturkan, upacara digelar, karena sebelumnya salah satu dari pohon kepuh kembar yang berada di Setra alit/rare sempat terbakar tepat pada petirtan ida bhatara pada waktu tengah malam.

Dengan kejadian tersebut, pengempon pura dapat mepinunas (menanyakan kepada orang pintar) dan hasilnya memang ida bhatara berkeinginan seperti itu karena usia pohon sekitar 300 tahun.

“Pohon kepuh itu bisa ditunas (dipotong), namun harus diganti dengan pelinggih padma menghadap ke Timur,” jelasnya.

Diceritakan pula, beberapa bulan lalu pohon kepuh itu sempat ditebang
namun terjadi bencana yaitu orang yang naik memotong pohon, jatuh dan
meninggal dunia.

Diceritakan pula, beberapa bulan lalu pohon kepuh itu sempat ditebang namun terjadi bencana yaitu orang yang naik memotong pohon, jatuh dan meninggal dunia.

“Atas kejadian tersebut, kembali mepinunas dan hasilnya Desa kurang perhatian karena disana juga berstana ida betara di Mrajapati,

karena disana ada dua setra yakni di Timur jalan setra bajang dan di barat setra alit/rare.

Ada pula linggih ida batara Dalem Solo yang tidak diketahui dari dulu.

“Semenjak kejadian itu, linggih ida bhatara  sudah menjadi tanggungjawab desa,” imbuhnya. (gek)

Berita Lainnya

Terkini