ROOTS: Potret Kritis Bali Kontemporer Melalui Lensa Sejarah Walter Spies

Film dokumenter "ROOTS" karya Michael Schindhelm, secara kritis mengulas warisan Spies dan dampaknya terhadap Bali kontemporer.

15 Mei 2025, 19:02 WIB

Denpasar – Sebuah pameran dan serangkaian pemutaran film bertajuk “ROOTS” akan diselenggarakan Pada 21 Mei hingga 14 Juni 2025, di Bali untuk memperingati seratus tahun kedatangan Walter Spies, seorang seniman Jerman yang sangat berpengaruh dalam perkembangan seni dan pariwisata di pulau tersebut.

Acara ini akan menampilkan karya-karya Spies serta film dokumenter “ROOTS” karya Michael Schindhelm, yang secara kritis mengulas warisan Spies dan dampaknya terhadap Bali kontemporer.

Jejak Walter Spies di Bali

Walter Spies, pelukis kelahiran Moskow, pertama kali mengunjungi Bali seratus tahun yang lalu dan menjadikannya rumah hingga kematian tragisnya pada tahun 1942 di usia 47 tahun.

Selama di Bali, Spies dikenal sebagai pelukis, koreografer, desainer, naturalis, fotografer, kurator, dan konsultan film.

Ia memperkenalkan ketenangan Bali kepada dunia melalui lukisannya dan aktif mempromosikan kebudayaan Bali kepada tamu asing.

Salah satu kontribusi terbesarnya adalah mendirikan Pitamaha, sebuah persatuan seniman Bali, bersama Rudolf Bonnet, Tjokorda Gde Agung Sukawati, dan I Gusti Nyoman Lempad. Pitamaha menjadi pionir gerakan seni Bali baru pada era 1920-an hingga 1930-an.

Selain itu, pada tahun 1930-an, Spies berkolaborasi dengan penari Bali Wayan Limbak untuk menciptakan Tari Kecak, sebuah modifikasi ritual Sanghyang yang kini dikenal luas baik di dalam maupun luar negeri.

Spies juga berperan besar dalam meletakkan fondasi pariwisata massal di Bali. Ia menarik tokoh-tokoh terkemuka seperti Charlie Chaplin dan Vicky Baum untuk mengunjungi pulau ini, sehingga memperkenalkannya ke khalayak internasional.

Meskipun gaya hidupnya terkadang dicurigai oleh pejabat kolonial, ia sangat dihormati oleh penduduk setempat karena usahanya dalam mengadopsi dan mengembangkan bentuk-bentuk seni lokal.

ROOTS”: Menjelajahi Warisan Spies dan Bali Kontemporer Pada tahun 2018, Michael Schindhelm menghidupkan kembali kisah Walter Spies melalui bukunya, Walter Spies – Ein exotisches Leben.

Kini, melalui pameran dan filmROOTS”, Schindhelm mempertemukan kembali Walter Spies dengan realitas Bali masa kini.

Yudha Bantono Project Manager Pameran ROOTS mengungkapkan, film ini menampilkan Spies sebagai seniman Eropa di Bali, sekaligus memadukannya dengan perkembangan Bali kontemporer, mempertanyakan secara kritis isu-isu penting seperti degradasi lingkungan, masalah sosial dan budaya, serta sejarah kelam kemanusiaan di Bali.

Dalam proses pembuatannya, Schindhelm berkolaborasi dengan seniman lokal Bali seperti Agung Rai, ketua Walter Spies Society di Bali, dan I Wayan Dibia, salah satu murid terakhir Wayan Limbak dan peneliti budaya terkemuka.

Kolaborasi ini melibatkan seniman muda seperti etnografer dan penari Dewa Ayu Eka Putri, musisi Tutangkas Hranmayena Putu, serta seniman Made Bayak dan Gus Dark.

Mereka bersama-sama mengeksplorasi kisah Spies dan dampaknya terhadap masyarakat Bali saat ini, mengungkap sisi terang dan gelap dari warisan budaya bersama yang dicirikan oleh budaya asli yang unik dan berkembang secara dinamis, serta pariwisata massal, polusi, dan urbanisasi.

Karya pameran dari Made Bayak dan Gus Dark secara khusus mengangkat tema-tema utama masyarakat Bali saat ini, seperti pengkhianatan negara, ketahanan budaya spiritual, bentang alam yang terancam, dan genosida 1965/66.

Karya-karya ini terintegrasi dalam reka ulang sinematik kisah Walter Spies di Bali.

Jadwal Pemutaran Film
FilmROOTS” akan diputar di beberapa lokasi di Bali mulai 21 Mei hingga 14 Juni 2025:

  • Kulidan Kitchen and Space: 21 Mei
  • Danes Art Veranda: 22 Mei
  • ARMA: 25 Mei
  • Taman Baca Kesiman: 27 Mei
  • ISI Bali: 28 Mei
  • STIKOM Bali: 3 Juni
  • Uma Seminyak: 8 Juni
  • ARMA: 14 Juni (penutupan)

Selain pemutaran film, akan diadakan pula kompetisi ulasan filmROOTS” bagi siswa sekolah.

Popo Danes, seorang arsitek yang banyak menyoroti perubahan tata ruang Bali, menyambut baik pemutaran film ini.

Menurutnya, pemutaran filmROOTS” dan diskusi yang akan dilaksanakan bersama Michael Schindhelm akan menjadi pengingat bahwa semua yang terjadi di Bali saat ini adalah hasil dari sebuah perjalanan panjang.

Ini dianggap sangat penting di tengah generasi sekarang yang cenderung mengabaikan proses dan lebih mengharapkan hasil instan.***

Berita Lainnya

Terkini