Jakarta – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia tetap terjaga kuat pada triwulan II 2025, meskipun ketidakpastian global masih tinggi akibat dinamika tarif resiprokal AS dan ketegangan geopolitik.
KSSK, yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sepakat untuk terus memperkuat sinergi kebijakan guna menjaga SSK dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ketidakpastian ekonomi global pada triwulan II 2025 disebabkan oleh kebijakan tarif AS dan konflik Timur Tengah, yang memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara maju.
Namun, KSSK optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 tetap terjaga, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 di sekitar 5,0%.
“Konsumsi positif, aktivitas usaha yang resilien, serta peran APBN sebagai countercyclical menjadi penopang utama,” tulis pernyataan KSSK .
Negosiasi penurunan tarif resiprokal AS untuk Indonesia menjadi 19% juga diproyeksikan akan mendukung kinerja ekspor sektor padat karya.
Stabilitas Moneter dan Fiskal
Nilai tukar Rupiah menunjukkan tren penguatan dan stabil, tercatat Rp16.235 per dolar AS pada 30 Juni 2025 (dari Rp16.865 pada April 2025), didukung oleh intervensi BI dan aliran masuk modal asing. Inflasi IHK tetap rendah di 1,87% (yoy) pada Juni 2025, di bawah target, karena inflasi inti, volatile food, dan administered prices yang terkendali.
Kinerja Pasar SBN membaik dengan yield SUN tenor 10 tahun turun menjadi 6,62% pada akhir triwulan II 2025, disertai net buy investor asing sebesar Rp42,04 triliun ytd.
APBN hingga Semester I 2025 berperan sebagai countercyclical dengan realisasi belanja negara mencapai Rp1.406,0 triliun untuk mendukung pembangunan nasional dan program strategis seperti Makan Bergizi Gratis serta perlindungan daya beli masyarakat. Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp1.201,8 triliun, meski menghadapi tantangan moderasi harga komoditas global. Pembiayaan anggaran masih on track sebesar Rp283,6 triliun.
BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. BI-Rate telah diturunkan dua kali (Mei dan Juli 2025) masing-masing sebesar 25 bps, menjadi 5,25% pada Juli 2025, konsisten dengan target inflasi dan upaya mendorong pertumbuhan. BI juga memperkuat strategi stabilisasi Rupiah melalui intervensi di pasar valas dan pembelian SBN.
Kebijakan makroprudensial BI dioptimalkan melalui peningkatan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) menjadi 5% DPK untuk mendorong kredit ke sektor prioritas, serta pelonggaran Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM). Kebijakan sistem pembayaran mendukung ekonomi digital melalui perluasan akseptasi QRIS dan implementasi SNAP.
Sektor jasa keuangan (SJK) nasional terjaga stabil dengan permodalan dan likuiditas yang kuat. Kredit perbankan tumbuh 7,77% (yoy) pada Juni 2025, didorong oleh kredit investasi dan konsumsi, dengan kualitas kredit yang terjaga (NPL gross 2,22%).
Pasar saham domestik menguat, dengan IHSG naik 6,41% qtq pada Juni 2025. Penghimpunan dana di pasar modal positif, dan Bursa Karbon terus menunjukkan peningkatan transaksi. Industri asuransi dan dana pensiun juga menunjukkan pertumbuhan aset yang solid.
OJK dan LPS terus mencermati dinamika pasar dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas. LPS menurunkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) untuk simpanan Rupiah, mendukung transmisi kebijakan moneter. ***