Kabarnusa.com –
Kepadatan arus lalu lintas di jalan Denpasar-Gilimanuk saat arus mudik
dan arus balik dapat mengancam keberadaan satwa di kawasan Taman
Nasional Bali Barat (TNBB), Jembrana, Bali.
Pasalnya,
di sepanjang jalan di Klatakan hingga Cekik, Gilimanuk merupakan jalur
perlintasan satwa Taman Nasional, yang bisa saja tertabrak kendaraan
pemudik jika sewaktu-waktu satwa menyebrang jalan raya.
Apalagi, sejak beberapa tahun belakangan ini, segerombolan kera kerap berada di pinggir jalan raya mencari makan.
Seperti
terjadi Rabu 9 Juli 2015, gerombolan kera yang sedang melintas jalan
raya terserempet kendaraan pemudik yang melintas dan akhirnya mati.
Kondisi
jalan yang lengang di hutan itu, justru dimanfaatkan kendaraan melaju
kencang atau menyalip kendaraan di depannya. Padahal di dalam areal
hutan Taman Nasional itu pengendara diimbau untuk melaju pelan.
Lantaran
arus dari kedua arah mulai padat, bangkai anak kera itu terlindas ban
mobil dan truk yang melintas hingga menempel di aspal.
Di kawasan Klatakan hingga Cekik ini sebagian merupakan kawasan konservasi dan menjadi habitat beberapa satwa di TNBB.
Selain
kera dan babi hutan, satwa lain yang sering melintas di jalan adalah
rusa. Di sejumlah titik sejatinya sudah terpasang rambu peringatan
memasuki kawasan taman nasional, namun jarang diperhatikan.
Apalagi,
saat arus padat saat mudik, jalan tersebut rawan kecelakaan khususnya
terhadap satwa. Selama beberapa tahun, kera-kera sering keluar mencari
makan hingga ke tepi jalan.
“Mereka terbiasa mengais
makanan atau sisa makanan yang dibuang di pinggir jalan oleh pengguna
jalan,” katanya Kasubag Tata Usaha TNBB, Wiryawan kepada wartawan Kamis 9
Juli 2015.
Kata dia, jalur perlintasan satwa dan di
kawasan Klatakan hingga Cekik merupakan Wilayah I TNBB, cukup rawan
hewan tertabrak kendaraan.
Untuk itu, pihaknya akan mengkoordinasikan dengan Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah tersebut.(dar)