![]() |
(dok.kabarnusa) |
YOGYAKARTA – Tak hanya di Bali kesemarakkan menyambut hari raya Nyepi juga dilakukan umat Hindu di Kota Yogyakarta dengan menggelar pawai ogoh-ogoh. Pawai boneka raksasa yang menggambarkan buta kala dilakukan di kawasan Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Selain warga Kota Yogyakarta banyak diantara mereka dari luar Kota Gudeg itu sengaja datang untuk melihat pawai. “Ya antar anak biar senang, sekalian jalan-jalan ke Malioboro,” tutur Misi ibu dua anak asal Sleman, Senin (27/3/317).
Demikian juga dengan wisatawan domestik dan turis asing lainnya terlihat antusuas melihat pawai. Dalam pawai ogoh-ogoh ini berlangsung meriah. Jalan Malioboro ditutup sementara saat pawai mulai berjalan. Tercatat 60 ogoh-ogoh diarak sebelum dibakar di tempat ibadah umat Hindu.
“Ogoh-ogoh ini manifestasi dari buto, dibuat tampangnya seram-seram, dari binatang atau raksasa dan lainnya. Itu melambangkan sifat-sifat jahat,” jelas I Komang Adi Putra, panitia pawai ogoh-ogoh pada wartawan.
Tidak hanya ogoh-ogoh, umat Hindu juga mengarak Kereta Sri Jaganad Balarama. Kereta ini merupakan bagian dari Jaganad Ratha Yatra, tradisi yang sudah dilakukan di India sejak dahulu.
Singasana yang duduk di kereta itu merupakan simbol penguasa alam semesta digambarkan boneka bermata besar bernama Jaganad. Menurut kepercayaan umat Hindu, orang yang menatap atau ikut menarik kereta mendapat berkah dari alam semesta.
Beberapa prosesi dalam menyambut perayaan Nyepi yang jatuh pada, Selasa (28/3/17). Sepekan lalu, dilakukan pengambilan air suci du laut yang disebut ritual Melasti. Puncak peringatan Nyepi digelar Upacara Tawur Agung Kasanga di Kompleks Candi Prambanan. Upacara ini digelar sehari sebelum upacara tapa brata Nyepi.
Pada upacara tawur agung diawali pengambilan air suci di Ratu Boko dengan berjalan kaki. Air itu didoakan oleh pemuka Hindu saat upacara berlangsung dengan mengitari tiga candi utama di Prambanan Kabupaten Klaten Jawa Tengah. (ari)