Mangupura – Seasalt di Alila Seminyak terus mengukuhkan kepemimpinan dalam dunia kuliner Bali. Restoran ini menghadirkan menu berbasis makanan laut berkelanjutan, diperkaya pengaruh Jepang dan kreativitas global.
Sejak 2023, inspirasi utamanya berasal dari masakan Nikkei – perpaduan khas cita rasa Jepang dan Peru. Di bawah kendali Executive Sous Chef Hazwan, Seasalt semakin memperkuat komitmen pada bahan baku lokal dan praktik etis.
Pendekatan Chef Hazwan berpusat pada penyampaian cerita melalui bahan-bahan pilihan. Bahan-bahan bersumber dari alam Bali ini dimanfaatkan secara maksimal dan dihargai sesuai musim alaminya.
Sejalan dengan etos ini, menu Seasalt berevolusi setiap tiga bulan, beradaptasi dengan hasil darat dan laut terkini serta selera tamu.
Mulai dari Crusted Kusamba Salt Barramundi hingga “72-hour” Wagyu Short Rib, setiap hidangan memancarkan kekayaan biodiversitas Bali sekaligus dedikasi pada kuliner berkelanjutan dan penuh pertimbangan.
“Selaras dengan nilai inti keberlanjutan Alila, Seasalt menerapkan prinsip zero-waste di dapurnya,” kata Chef Hazwan, Senin 21 Juli 2025.
Kata dia bahan-bahan tidak hanya dimanfaatkan secara konvensional; kulit semangka diolah menjadi acar segar, sementara buah tropis yang kurang sempurna diubah menjadi selai, marmalade, dan compote.
Praktik ini berhasil mengurangi limbah makanan per tamu hingga 34%. Filosofi zero-waste kini merambah seluruh aspek restoran, mulai dari presentasi sarapan personal oleh koki hingga operasional dapur yang inovatif, serta edukasi mendalam bagi tamu tentang kuliner berkelanjutan.
Jantung identitas Seasalt adalah Garam Laut Kusamba. Garam ini dipanen secara manual di pesisir timur Bali menggunakan teknik tradisional berusia ratusan tahun.
Dikenal akan kompleksitas mineral dan kristalnya yang halus, garam ini lebih dari sekadar bumbu; ia menjadi simbol semangat restoran.
Setiap malam, “Seasalt Ritual” menandai pembukaan jamuan, di mana Garam Kusamba disajikan bersama roti panggang segar, menyatukan tamu dengan cita rasa pulau dan jiwa lautan.
Salah satu kreasi paling simbolis Seasalt adalah kaviar garam buatan sendiri (house-made caviar salt). Inovasi ini mewujudkan prinsip zero-waste dengan kemewahan yang elegan.
Telur ikan diawetkan secara lembut dan diolah menjadi bumbu asin nan lezat, yang menyempurnakan hidangan sekaligus menghormati setiap bagian hasil tangkapan.
Garam ini bukan sekadar penyedap, melainkan pernyataan: penghormatan pada nama restoran, apresiasi terhadap laut, dan komitmen untuk memanfaatkan setiap bahan dengan penuh perhatian.
Berdasarkan mantra “Involve, Implement, Inspire,” tim Seasalt menjalin kerja sama erat dengan produsen lokal. Mereka aktif menjelajahi pasar tradisional seperti Pasar Kedonganan, membangun hubungan transparan dengan petani dan nelayan, serta menyusun rantai pasok yang dilandasi kepercayaan dan cita rasa khas (terroir).
Mulai dari keju lokal, cokelat buatan tangan, kopi single-origin, hingga cuka artisan, setiap komponen menceritakan kisah tentang asal-usulnya, semangat pembuatnya, dan tujuan mulianya.
Baik melalui menu lima hidangan Signature Journey, acara barbekyu di bawah sinar bulan, atau kemewahan Infinity Breakfast, Seasalt lebih dari sekadar tempat makan.
Restoran ini merupakan perwujudan nyata hospitalitas pantai modern, tempat destinasi bertemu cita rasa, dan setiap hidangan tidak hanya sarat makna, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam.***