Jakarta – Direktur Eksekutif Sentra Keadilan dan Ketahanan (Sekata) Institute, Andri Frediansyah, mengaku heran dengan sejumlah pihak yang terkesan alergi terhadap kehadiran TNI di lingkungan kampus.
Menurutnya, narasi bahwa kehadiran TNI akan mengintimidasi aktivitas kemahasiswaan dan proses akademik sangat tidak berdasar.
“Sebagai kelompok intelektual, tentu kita pernah mengalami dinamika kehidupan kampus—kuliah, berorganisasi, berdiskusi, hingga berinteraksi dengan berbagai pihak termasuk TNI. Saya tidak pernah merasakan adanya intimidasi ataupun tindakan represif,” ujar Andri dalam keterangannya, Sabtu (26/4).
Andri menegaskan, selama ini justru banyak anggota TNI yang aktif membantu mahasiswa maupun sivitas kampus lainnya dalam menjalankan aktivitas sosial dan pengabdian kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil.
“Salah satu contohnya adalah keterlibatan TNI dalam memfasilitasi dan mengawal program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi”, jelasnya.
Ia menambahkan, sinergi antara TNI dan kampus bukanlah hal baru. Sejumlah kegiatan seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), pelatihan bela negara, hingga kegiatan tanggap bencana sering kali melibatkan TNI secara aktif.
“Hal ini menjadi bukti bahwa TNI justru berkontribusi positif terhadap penguatan karakter dan wawasan kebangsaan mahasiswa”, tandasnya.
Lebih lanjut, Andri menyebutkan bahwa kekhawatiran berlebihan terhadap kehadiran TNI di kampus justru mengaburkan fakta-fakta sinergi positif yang sudah terjalin lama.
“TNI tidak sedang menggantikan peran akademisi atau mahasiswa, melainkan hadir sebagai mitra strategis dalam memperkuat ketahanan nasional dari lingkungan kampus,” ujarnya.
Dalam konteks global yang penuh tantangan, kampus sebagai pusat ilmu dan moral, menurut Andri, tidak bisa bersikap eksklusif.
Kehadiran TNI dalam berbagai kegiatan bukanlah bentuk intervensi militer, tetapi bentuk kolaborasi strategis untuk membentuk generasi muda yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
“Sudah saatnya kita melihat kehadiran TNI dari kacamata objektif dan konstruktif. Jangan sampai kampus terjebak pada narasi usang yang hanya menciptakan sekat-sekat semu di tengah urgensi sinergi kebangsaan,” tutup Andri.