Jakarta -Stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, didorong oleh perbaikan ekonomi global dan domestik. International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026.
Hal ini didukung oleh meredanya perang dagang, perbaikan likuiditas global, dan kebijakan fiskal yang akomodatif. Di dalam negeri, permintaan tetap stabil dengan inflasi rendah dan pertumbuhan uang beredar.
Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan OJK yang berlangsung pada 30 Juli 2025.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK M. Ismail Riyadi mengatakan perkembangan ekonomi global dan domestik menunjukkan sinyal yang positif, termasuk pertumbuhan sektor pasar keuangan nasional yang solid di berbagai instrumen.
“OJK menilai sektor jasa keuangan Indonesia masih dalam kondisi yang sehat dan stabil, didukung oleh sentimen global yang membaik serta kinerja pasar domestik yang positif pada Juli 2025,” ujar Ismail Riyadi dikutip dari rilis berita, Selasa 5 Agustus 2025.
Perkembangan Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Bursa Karbon
Pasar Saham:
IHSG menguat 5,71% secara tahunan (ytd), mencapai 7.484,34 per akhir Juli 2025, setelah sebelumnya sempat melemah.
Kapitalisasi pasar saham mencapai rekor tertinggi Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025.
Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp8,34 triliun pada Juli 2025, dengan total net sell ytd Rp61,91 triliun.
Rata-rata nilai transaksi harian saham meningkat menjadi Rp13,42 triliun ytd, lebih baik dari rata-rata tahun 2024.
Pasar Obligasi:
Indeks obligasi ICBI menguat 1,17% pada Juli 2025, dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menurun.
Investor asing mencatatkan net buy Rp13,28 triliun pada SBN dan Rp0,32 triliun pada obligasi korporasi di bulan Juli.
Industri Pengelolaan Investasi:
Asset Under Management (AUM) naik 2,30% ytd, mencapai Rp856,62 triliun.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana naik 5,46% ytd, mencapai Rp526,53 triliun.
Lain-lain:
Penghimpunan dana di pasar modal masih positif, dengan total Penawaran Umum mencapai Rp144,78 triliun, termasuk dari 16 emiten baru.
Indonesia mencatat kemajuan signifikan dalam tata kelola perusahaan, dengan 4 emiten masuk dalam Top 50 ASEAN.
OJK terus melakukan penegakan hukum di pasar modal dengan memberikan sanksi administratif kepada puluhan pihak, termasuk pencabutan izin usaha dua perusahaan efek.
Perkembangan Sektor Perbankan
Intermediasi dan Likuiditas:
Kredit perbankan tumbuh stabil 7,77% yoy di Juni 2025, mencapai Rp8.059,79 triliun. Kredit investasi menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi.
Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,96% yoy, mencapai Rp9.329 triliun.
Rasio likuiditas perbankan tetap memadai, jauh di atas ambang batas yang ditetapkan.
Kualitas dan Permodalan
Kualitas kredit terjaga dengan rasio NPL gross menurun menjadi 2,22%.
Rasio permodalan (CAR) tetap kuat di level 25,81%, menjadi bantalan risiko yang solid.
Kredit Buy Now Pay Later (BNPL) tumbuh pesat, mencapai Rp22,99 triliun dengan 26,96 juta rekening.
Penegakan Hukum:
OJK mencabut izin usaha PT BPR Dwicahaya Nusantara karena pelanggaran tata kelola.
Terkait pemberantasan judi online, OJK meminta bank memblokir 25.912 rekening dan meningkatkan sistem keamanan siber. ***