Kabarnusa.com –
Sektor properti dan konstruksi memberikan andil dalam peningkatan
jumlah Non Performing Loan (NPL) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bali sejak dua
bulan terakhir.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali
Zulmi menyatakan, dalam dua terakhir ini, terlihat menggeliatnya
kegiatan pada dua sektor properti dan konstruksi.
“Peningkatan
NPL memang terjadi disektor properti realestate dan konsumsi hingga
100-200 persen,” Kata Zulmi di sela Pogram Peningkatan Kompetensi
Analis Kredit dan Sosialisasi Ketentuan BPR di Denpasar, Bali Selasa 26
April 2016.
Zulmi menyebut peningkatan 100 persen NPL dimaksudkan jika sebelumnya dalam nominal 1 persen maka kini menjadi 2 persen.
“Kita masih di bawah 5 persen, totalnya sebesar 4,2 persen,” sebutnya.
Sebelumnya
angka NPL mencapai 2,69 persen maka adanya sumbangan atau kontribusi
dua sektor itu sekarang menjadi 4,2 persen. Meskipun, dua sektor itu
bukan satu-satunya yang memberikan kontribusi peningkatan NPL.
Peningkatan
NPL terjadi pada bulan Januari 2016 pada sektor perdagangan sebesar
Rp40miliar (51,35%), diikuti sektor Bukan Lapangan Usaha Rp32,5miliar
(48,71%), sektor Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya Rp9,1miliar
(40,10%), sektor Akomodasi & makan minum Rp2,3miliar (125,48%).
Peningkatan
NPL tertinggi pada bulan Februari 2016 pada sektor real estate sebesar
Rp11,4miliar (64,16%), diikuti sektor Kegiatan Usaha yang belum jelas
batasannya sebesar Rp6,09miliar (19,14%), sektor konstruksi Rp6,07miliar
(229,29%), sektor perdagangan Rp4,4miliar (3,74%)
Di
pihak lain, pihaknya berharap kalangan perbankan utamanya Badan
Perkreditan Rakyat (BPR). terus berbenah meningkatkan kapasitas di
tengah persaingan industri keuangan yang demikian ketat.
“BPR harus lebih kreatif, membuat produk-produk yang menarik masyaraat untuk menyimpan uang di BPR,” katanya.
Mengingat
posisi BPR saat ini seperti terjepit dari atas dan bawah. Dari atas
mereka harus menghadapi bank-bank umum sementara dari bawah tekanan kuat
dari koperasi dan Lembaga Perkreditan Desa yang semakin gencar dalam
menjaring dana masyarakat.
Kara Zulmi, BPR harus lebih kreatif,
bagaimana mereka bisa lebih efisien salah satunya dengan menambah
setoran modal atau harus diperbanyak modal karena itu tidak pakai bunga,
Untuk itulah, lewat kegiatan OJK semacam ini, bisa meningkatkan pemahaman kualitas di lapangan seperti dalam penyaluran kredit.
“Kami perlu segarkan kembali, dengan hal-hal baru dan bagaimana praktek di lapangan,” demikian Zulmi. (rhm)