Selamatkan Ikon Wisata! Kontes Kuda, Hasto: Andong Tak Boleh Punah!

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan komitmen melestarikan Andong sebagai ikon dari keistimewaan dan daya tarik wisata Malioboro.

1 Desember 2025, 06:38 WIB

Yogyakarta– Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan kembali komitmen Pemerintah Kota dalam melestarikan Andong sebagai ikon tak terpisahkan dari keistimewaan dan daya tarik wisata Malioboro.

Penegasan ini disampaikan dalam rangkaian acara Kontes Kuda Andong yang meriah di halaman kantor DPRD DIY, Minggu (23/11/2025).

“Hari ini kita mendukung festival Andong karena Andong akan kita pertahankan sebagai alat transportasi tradisional yang menandai keistimewaan Yogyakarta, menandai destinasi wisata, dan juga menjadi bagian dari atraksi menarik bagi para wisatawan. Jadi Andong harus dipertahankan untuk selamanya.”

Selain pelestarian, perhatian utama juga ditujukan pada kesehatan prima kuda dan kebersihan lingkungan Malioboro.

Hasto mendorong Dokter Hewan untuk menciptakan “habitual kuda” yang baik, dengan memahami siklus alami kuda untuk buang air.

“Kuda ini punya perilaku bisa dititrni, kapan dia harus BAB, kapan dia harus kencing sudah ada waktunya. Supaya kuda tetap sehat,” jelasnya.

Untuk menjaga kebersihan, terutama guna mengatasi keluhan ‘Malioboro pesing’, Hasto menyoroti kebutuhan mendesak akan fasilitas penampungan sementara (endapan) bagi Andong. Mengingat jumlah kuda di Malioboro mencapai 400 hingga 500 ekor, sementara area ngetem di jalan utama hanya menampung 40-60 ekor.

“Di tempat ngantri itu harus ada WC-nya Andong. Karena kuda ini kalau sudah terbiasa kencing di situ, ya dia bisa kencing di situ. Bisa dihitung, kencingnya 4 jam sekali,” imbuhnya.

Upaya ini adalah kunci untuk melestarikan transportasi tradisional sembari menjaga Malioboro tetap bersih dan nyaman.

Menanggapi rencana perubahan Malioboro menjadi kawasan pejalan kaki penuh pada awal Desember 2025, Wali Kota Hasto memastikan kebijakan tersebut tidak akan mematikan denyut ekonomi dan aktivitas transportasi tradisional.

“Enggak penuh, wong cuma dari jam 8 sampai jam 12 malam, enggak penuh. Orang bis masih bisa lewat, dokar masih bisa lewat. Yang enggak bisa lewat cuma mobil-mobil pribadi. Saya kira tidak penuh, ekonomi masih bisa berjalan,” tutupnya. ***

Berita Lainnya

Terkini