![]() |
Salah satu karya perupa Bali |
KabarNusa.com – Para seniman mengetengahkan pameran seni rupa, menghadirkan karya-karya terpilih para perupa dari Komunitas Galang Kangin yang menyoroti kondisi sosial kemasyarakatan hingga ekologi di Pulau Bali.
Pameran yang digelar serangkaian 18 tahun keberadaan Komunitas Galang Kangin ini digelar pada tanggal 20 hingga 26 September 2014 mendatang di Jalan Prof. Ida Bagus Mantra No.88A Ketewel, Gianyar, diresmikan budayawan Jean Couteau.
Mengangkat tema “Kesadaran Makro Ekologi : Transformasi Air dalam Karya Visual Atraktif’, para perupa merespon persoalan ekologis di Bali menjadi karya-karya seni kontekstual.
Karya-karya yang dihadirkan mengeksplorasi tema air dalam wujud visual dua maupun tiga dimensi, sebagian besar berbentuk seni instalasi.
Pada pembukaan pameran, Sabtu (20/9/2014), akan dipertunjukan pula performing art oleh Putu Sudiana “Bonuz”, Made Bayak dan Komunitas Galang Kangin yang turut merespon tema pameran ini, sekaligus mengajak membangun kesadaran Baru atas ekologi, kebudayaan dan juga konsep berkesenian kini.
Pameran menampilkan tiga belas perupa, antara lain: I Made Supena, I Wayan Setem, I Wayan Naya Suanta, I Made Galung Wiratmaja, I Nyoman Ari Winata, I Dewa Soma Wijaya, I Nyoman Diwa Rupa, I Gusti Putu Muliana, I Dewa Soma Wijaya, I Made Sudana, Atmi Kristia Dewi, Made Gunawan, A.A. Gede Eka Putra Dela. Sebagai kurator adalah Wayan Setem.
Sejalan pameran, digelar pula diskusi seni rupa pada Minggu (21/9) di Bentara Budaya Bali, menghadirkan pembicara kurator, Wayan Setem, dan Putu Wirasa Pandya, S.Sn.
Diskusi akan mengetengahkan upaya seni kepedulian di ruang publik, sekaligus dibandingkan pula dengan apa yang disebut konseptual art.
Dalam seni kontekstual sosial seperti ini, tidak jarang wujud estetik kerap dikorbankan dan karya lebih terdepankan sebagai timbunan pesan.
“Melalui ruang dialog ini akan diulas pula bagaimana upaya para kreator untuk memadukan pesan dan ragam ekspresi yang dipilihnya agar keduanya padu sebagai karya seni yang estetik namun juga karya renungan, “ ungkap Putu Aryastawa, penata acara BBB dalam rilisnya diterima KabarNusa.com Jumat (19/9/2014).
Dalam pengantar kuratorialnya, diketengahkan air sebagai muasal aneka wujud kebudayaan diketengahkan dalam pemaknaan filosofisnya, berikut dihadapkan dengan masalah lingkungan yang terjadi kini, seperti pembalakan hutan, pengelolaan sampah yang semrawut.
Juga krisis air dan sumber daya mineral lain, serta sebagainya.
Tujuannya adalah semacam ajakan untuk memahami ekologi dan menumbuhkan kesadaran dalam pemanfaatan maupun pelestariannya. (gek)