DENPASAR – Sejumlah film yang menyerukan tentang pentingnya menjaga lingkungan disajikan kepada publik sebagai penutup rangkaian program “Sedulur Air” di Bentara Budaya Bali (BBB) sepanjang bulan Maret.
Agenda Sinema Bentara #KhususMisbar secara khusus menayangkan film-film dengan tematik serupa. Pemutaran film berlangsung, Sabtu (25/3) dan Minggu (26/3), mulai pukul 17.00 WITA di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Gianyar, Bali.
Film-film yang ditayangkan merupakan dokumenter dan fiksi karya sutradara Indonesia serta mancanegara, seperti Jonas Carpignano (Italia), Dandhy Dwi Laksono (Indonesia), Ulrike Franke (Jerman) dan Christophe Offenstein (Prancis).
Sinema-sinema terpilih yang berkisah seputar Air dan kehidupan pesisir ini telah meraih berbagai penghargaan dan diputar dalam berbagai festival internasional.
“Agenda ini adalah bagian dari upaya seruan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan,” jelas Koordinator pemutaran film Siswan Dewi dalam siaran pers diterima Kabarnusa.com, Jumat (24/3/17). Sinema Bentara kali ini masih digelar dalam konsep Misbar atau layar tancap ala tahun 70-an.
Program ini didukung oleh Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise de Bali, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, Watchdoc Image serta Udayana Science Club.
Adapun pada hari pertama akan diputar dua film, yaitu Mediterranea (Italia, 2015, Durasi:107 menit, Sutradara: Jonas Carpignano) dan Turning Tide/ En Solitaire (Prancis, 2013, Durasi 101 menit, Sutradara: Christophe Offenstein).
Mediterranea merupakan film drama yang mengangkat cerita imigrasi di wilayah laut Mediterania, pemisah benua Afrika dan Eropa. Film ini menggambarkan situasi kawasan Mediterania yang dijadikan sebagai sarana perjalanan para imigran menuju berbagai negara di Eropa.
Beberapa negara selama ini telah terlibat dalam perjalanan panjang itu demi mendapatkan kehidupan baru, baik itu dengan tujuan ekonomi atau politik.
Film ini telah diputar pada International Critics Week – Cannes Film Festival 2015.Mediterranea telah meraih beberapa penghargaan, seperti Film Terbaik pada Cairo International Film Festival 2015, FEST International Film Festival 2016.
Hari kedua ditayangkan film dokumenter Indonesia, Lewa di Lembata (2015, Durasi: 45 menit, Videografer: Dandhy Dwi Laksono, Suparta Arz )dan Göttliche Lage (German, 2013/2014, Durasi: 104 menit, Sutradara: Ulrike Franke, Michael Loeken).
Lewa di Lembata mengisahkan petualangan dan kegigihan nelayan-nelayan di Desa Lamalera, Pulau Lembata (NTT). Nelayan di Lamalera masih hidup dengan cara sederhana.
Sistem jual beli yang digunakan pun masih berupa barter. Masyarakat pesisir membawa ikan (protein) yang ditukar dengan hasil bumi masyarakat pegunungan seperti jagung atau ubi (karbohidrat). (gek)