Sherry Winata: Menjelajah Dimensi Semesta Melalui Seni Abstrak Meditatif

23 karya Sherry, lukisan patung, memakai batuan, mineral, kristal, resin, dan glitter mediator energi menjembatani manusia dengan semesta,

22 Juli 2025, 17:35 WIB

Ubud – Pameran tunggal seniman multidisiplin Sherry Winata bertajuk “Inner Sacred Alchemy” di Museum Puri Lukisan Ubud berhasil memikat perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pameran yang diselenggarakan oleh G3N Project bekerja sama dengan Museum Puri Lukisan ini akan berlangsung hingga 10 Agustus 2025.

Sebanyak 23 karya Sherry, berupa lukisan dan patung, dipamerkan dengan menggunakan aneka media seperti batuan, mineral, kristal, resin, dan glitter. Material-material ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen fisik, tetapi juga mediator energi yang menjembatani manusia dengan semesta, menciptakan pengalaman batin yang mendalam bagi para pengunjung. Sherry, seniman asal Bandung, dikenal luas sebagai pelukis, pematung, guru meditasi, penyembuh suara (sound healing), dan praktisi spiritual.

Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam sambutan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Bali, I Wayan Sumarajaya, menyebut pameran ini seolah mengulang sejarah Ubud sebagai pusat pertemuan budaya dan seni. Ia berharap kegiatan serupa terus berlanjut sebagai wahana interaksi dan dialog budaya, memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman seni.

“Saya mengapresiasi konsistensi Museum Puri Lukisan yang sejak berdirinya menjadi wadah pelestarian seni lukis tradisional Bali sekaligus wahana pertemuan dan interaksi kreatif para seniman lintas generasi, lintas daerah, dan lintas negara,” ujar Gubernur Koster.

Ia juga menyoroti peran penting Tjokorda Gde Agung Sukawati bersama Walter Spies, Rudolf Bonet, dan I Gusti Nyoman Lempad dalam mendirikan Pita Maha pada tahun 1936, yang membawa pembaruan gaya dan gerakan seni yang semangatnya masih terasa hingga kini.

Karya Sherry yang memadukan seni lukis dengan kontemplasi diri dan spiritualitas dianggap sejalan dengan filosofi seni di Bali, di mana karya seni bukan hanya benda, melainkan mengandung nilai-nilai luhur, religius, dan spiritual yang disebut ‘metaksu’.

Senada dengan itu, Penglingsir Puri Agung Ubud yang menaungi Museum Puri Lukisan, Tjokorda Gde Putra Sukawati, mengungkapkan kekagumannya terhadap karya Sherry. Menurutnya, karya-karya meditatif Sherry sangat tepat dipamerkan di Ubud yang memiliki vibrasi spiritual dan dikenal sebagai destinasi wisata penyembuhan (healing).

Ia berharap masyarakat Ubud terus menjaga getaran spiritual tersebut melalui aktivitas adat, tradisi, dan keagamaan. “Sherry berani mengungkapkan batasan-batasan dalam hidup dengan mengekspresikan secara bebas di atas kanvas, dan hasilnya sangat menyentuh pemirsanya,” kata Tjok Putra.

Cynthia Riza, istri Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha Djumaryo, turut menyampaikan kesannya. Sebagai seseorang yang terbiasa dengan dunia seni melalui suaminya, ia merasakan energi hangat dan kuat dari karya-karya Sherry. Cynthia melihat ketulusan dan kejujuran seorang ibu yang selalu memandang orang lain dari sisi positif, berkat rutinitas olah spiritual dan meditasinya.

“Tak heran keindahan jiwanya tercermin dalam karyanya yang begitu menyentuh. Dari pameran ini saya melihat kelembutan sekaligus kekuatan, keindahan sekaligus kedalaman yang misterius dan inner beauty yang menarik,” tutur Cynthia. Ia juga berharap para seniman, khususnya perempuan Indonesia, bebas berkarya dan berekspresi, serta para ibu terus mendorong putra-putrinya mencintai dan mendukung seni budaya.

Pembukaan pameran ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Umum Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara Brigjen Pol (Purn) Dr. AA. Mapparessa, Sultan Sumbawa Muhammad Kaharuddin IV, Sultan Indragiri Tengku Parameswara, serta perwakilan dari Kesultanan Ternate dan Keraton Kasepuhan Cirebon, dan 14 pengageng puri se-Bali.

General Manager G3N Project, Andry Ismaya Permadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah beberapa kali memamerkan karya Sherry karena keunikan karya abstraknya.

Sherry menggunakan material khusus yang memadukan warna, bentuk, simbol, dan pola untuk mengekspresikan persepsinya tentang berbagai dimensi dan frekuensi alam semesta. G3N Project, yang didirikan pada tahun 2023, juga aktif berkolaborasi dengan sejumlah seniman terkemuka untuk berkontribusi pada perkembangan seni rupa Indonesia di kancah global.

Kurator Asmujo J. Irianto menambahkan, Sherry merupakan figur menarik dalam konstelasi seni rupa kontemporer Indonesia karena tidak berasal dari lembaga pendidikan seni formal.

“Sherry seorang seniman yang titik balance-nya luar biasa, dia memiliki rasio, emosi, intuisi, dan spirit. Ini menarik karena kemudian karya-karya Sherry akan berlaku seperti rasa yang dimiliki oleh para pemirsanya,” kata Asmujo. Ia menekankan bahwa karya Sherry tidak untuk dibaca narasinya, melainkan dirasakan melalui pengalaman batin masing-masing pemirsa, menjadikannya dekat dengan dimensi spiritual. ***

Berita Lainnya

Terkini