JEMBRANA – Sirkuit balap di Desa Perancak, Kecmatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali yang pernah menjadi magnet olah raga otomotif nasional tahun 1990-an kini terancam kehilangan pamor dengan kondisi sirkuit road race yang sudah tidak layak pakai.
Di sirkuit yang pernah digunakan untuk ajang balap internasional motocross itu, kini dikeluhkan para pembalap khususnya pembalap road race. Sayangnya, belum ada perhatian dari pemerintah baik dari Provinsi Bali maupun Pemkab Jembrana.
Track road race sepanjang satu kilometer itu, kini aspalnya mulai mengelupas dan hancur. Sehingga yang masih eksis hanya sirkuit grasstrack dan offroad. Sejumlah pembalap baik pemula maupun senior menyayangkan tidak adanya perhatian dari pemerintah dengan kondisi sirkuit yang sangat memprihatinkan itu.
“Sekarang track road race sudah hancur, maklum sudah belasan tahun. Kalau saja ada uluran bantuan dari pemerintah dan kami sangat harapkan itu. Sirkuit ini banyak melahirkan pembalap. Termasuk saya,” ujar Gusti Agung Kenceng Ramakrishnan (40), mantan pembalap nasional ditemui disela-sela latihan, Minggu (8/3/15).
Pembalap yang dikenal nama Gung Kenceng ini, banyak pembalap berprestasi dicetak dari sirkuit Perancak ini. Sebenarnya bila pemerintah mau, bisa menggunakan sirkuit ini untuk kejurda maupun kejurnas. Apalagi, Bali hingga saat ini belum memiliki sirkuit permanen, kalah dengan Lombok.
Sirkuit Perancak di kalangan para crosser dan pembalap cukup dikenal. Setiap tahun tepatnya pada momen libur Kuningan, sirkuit ini eksis menggelar even balap grasstrack maupun road race. Eksistensi itu tak lepas dari keseriusan pengelola, Ngurah Hartono mempertahankan sirkuit itu. Ada tidaknya sponsor, pemilik lahan sirkuit tersebut tetap menjalankan even.
Pengusaha asal yang malang melintang di dunia hiburan dan wisata itu mengakui, sudah tidak bisa mempertahankan sirkuit road race di Perancak. Sebab, untuk perbaikan sirkuit membutuhkan anggaran besar. “Kuningan lalu mungkin yang terakhir (road race), kondisinya sudah tak memungkinkan dan berbahaya bagi pembalap,” tandas Hartono. Namun kini pihaknya tetap menggelar grasstrack dan offroad.
Pihaknya sudah memberikan keleluasaan menggunakan sirkuit itu untuk kejuaraan umum baik untuk kejurda maupun even porprov misalnya Hanya saja kondisi track kini sudah hancur dan perlu perhatian dari pemerintah. “Dari pada di jalan liar balapan, lebih baik di sini sudah tersedia. Tapi semua tergantung pemerintah, kami harapkan ada perhatian baik dari Bali maupun kabupaten,” terangnya.
Sirkuit yang mulai dirintis tahun 1980-an ini di era 1990-an dikenal bahkan mampu menyedot wisatawan luar negeri. Selain balapan motor, even juga diisi dengan makepung yang menjadi ikon Jembrana. Namun kini seiring waktu hiburan itu mulai meredup. (dar)