Warga menemukan situs bersejarah diduga peninggalan Kerajaan Singosari di tengah area kebun Strawberry Desa Sapikerep Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo/Kabarnusa |
Probolinggo – Situs diduga benda peninggalan Kerajaan
Singosari ditemukan warga di tengah area kebun Strawberry Desa Sapikerep
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.
Mendengar hal itu, pemerintah desa setempat, langsung mensterilisasi lokasi
penemuan dengan garis larangan masuk, mengantisipasi hal yang tidak
diinginkan.
Dari keterangan dihimpun Kabarnusa.com, situs tersebut berupa tumpukan
batu paras yang tertata rapi menyerupai kolam, berukuran 4×2m diameter. Batu
paras berbentuk huruf X sekitar 30 × 60 cm.
Pada permukaan atas batu, banyak yang sudah retak. Situs itu diduga kolam
pemandian atau tempat kramasi.
Kepala Desa Sapikerep, Suwandi, mengungkapkan sebelumnya, Sejarawan Tengger
ada yang menduga benda itu peninggalan Kerajaan Singosari yang berdiri tahun
1222 silam dan sudah terendam dalam tanah selama 800 tahun lebih.
Sebelumnya, warga juga menemukan sebuah prasasti yang menyebutkan, masa
Kerajaan Singosari Tahun 2010. Dia juga menjelaskan, di Sapikerep ini memang
terdapat sebuah kadipaten yang namanya Kadipaten Tengger.
Temuan ini, berawal dari anak-anak Bumdes Desa Sapikerep yang menemukan sebuah
bukti bahwa dimungkinkan bukti ini adalah tempat pemandian.
“Dan temuan ini, telah dilaporkan ke Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan
untuk sementara kebun Strawberry ditutup bagi wisatawan,” jelas Suwandi dalam
keterangannya, Selasa (2/3/2021).
Temuan itu juga sudah dilaporkan kepada bupati dengan tembusan Kepala Dinas
Pariwisata. Jika temuan itu memang positif, peninggalan zaman kuno maka kebun
strawberrynya akan ditutup sementara.
Kata Suwandi, akan dilakukan pembahasan bersama dengan stakeholder, untuk
menyiapkan tempat atau obyek wisata di sekitarnya mengingat kebun ini
merupakan paket asri desa setempat.
“Nanti semua akan dilindungi termasuk penemuan situsnya.penemuan ini juga akan
dilaporkan ke Balai pelestarian cagar budaya Trowulan Mojokerto agar dilakukan
penelitian soal keaslian batu dan tahun pembuatannya,” demikian Suwandi.
(ron)