Klungkung– Di tengah tantangan krisis sampah global, SMPN 1 Banjarangkan di Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, tak hanya berkomitmen pada pendidikan akademis, melainkan juga secara revolusioner mentransformasi pengelolaan sampah menjadi motor penggerak kesadaran lingkungan yang inspiratif.
“Kami menanamkan kesadaran lingkungan kepada siswa sejak dini,” tegas Kepala Sekolah SMPN 1 Banjarangkan, I Nengah Suradnya S.Pd., M.Pd., saat ditemui Minggu (29/6).
Bukan sekadar teori, program pengelolaan sampah berbasis sumber di sekolah ini melibatkan seluruh siswa dalam aksi nyata. Setiap kelas memiliki Kelompok Peduli Sampah yang setiap hari rajin memilah sampah organik dan anorganik.
“Setiap kelompok bertanggung jawab penuh terhadap sampah di kelas masing-masing, termasuk dalam proses pengolahannya,” imbuh Suradnya.
Inovasi utama datang dari pengolahan sampah organik. Melalui sistem BangDaus (Lubang Daur Ulang Sampah), sampah organik yang terkumpul berhasil diubah menjadi kompos berkualitas tinggi bernama Kobra 1 (Kompos Banjarangkan 1). Kompos ini kini telah diproduksi dalam jumlah signifikan dan bahkan menjadi kebanggaan sekolah.
“Kobra 1 sudah dikenal luas di masyarakat kami dan mendapat respons positif,” ujar Suradnya bangga. Kompos ini tak hanya dipamerkan dalam berbagai kegiatan, tetapi juga telah sukses dipasarkan, membuktikan potensi ekonomi dari pengelolaan sampah yang benar.
Tak hanya organik, sampah anorganik di SMPN 1 Banjarangkan pun memiliki nilai baru. Melalui program daur ulang kreatif, tangan-tangan terampil siswa menyulap limbah menjadi beragam produk kerajinan tangan bernilai ekonomis, seperti ecobrick dan berbagai karya keterampilan lainnya.
Produk-produk ini tak hanya memperindah lingkungan sekolah, tetapi juga menjadi wadah pembelajaran bagi siswa dalam mengembangkan ekonomi kreatif dan kewirausahaan sejak dini.
Keberhasilan program ini tak lepas dari jalinan kerja sama yang erat dengan berbagai pihak. Mulai dari aparat desa, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Klungkung, perguruan tinggi, hingga bank sampah di sekitar sekolah, semuanya bersinergi. Kolaborasi ini terwujud dalam bentuk pelatihan, kunjungan edukatif ke lokasi pengelolaan sampah, serta transfer pengetahuan teknis mengenai pengolahan limbah ramah lingkungan.
“Tidak hanya siswa, kami juga memberikan edukasi kepada pengelola kantin sekolah dan orang tua atau wali siswa agar turut berperan dalam menjaga kebersihan dan mengurangi timbulan sampah, terutama plastik sekali pakai,” terang Suradnya, menunjukkan komitmen sekolah untuk melibatkan seluruh elemen komunitas.
Kesadaran lingkungan juga diperkuat melalui Kelompok Siswa Peduli Lingkungan (Sispala). Kelompok ini secara rutin melakukan pemantauan dan kampanye kebersihan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
“Lewat Sispala, siswa diajak memahami pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam, sesuai nilai-nilai Tri Hita Karana,” jelas Suradnya, menekankan relevansi budaya lokal dalam pendidikan lingkungan.
Seluruh upaya progresif ini selaras dengan regulasi penting di Bali, yakni Peraturan Gubernur Bali No. 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, serta Pergub No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
SMPN 1 Banjarangkan membuktikan bahwa pendidikan dan aksi nyata adalah kunci dalam menciptakan masa depan yang lebih bersih dan hijau. ***