Suami Kabur, Sugiantini Hidupi Anak Seorang Diri

27 Februari 2015, 04:30 WIB
Sayangnya, sejak hampir dua tahun ini Sugianti mulai  sakit-sakitan.
Bahkan dia mengaku pernah terserang stroke, sehingga untuk berjalan saja
kini dia tertatih-tatih.

Kabarnusa.com – Alangkah pilunya nasib Sugianti (55), yang ditinggal di Jalan Jalak Putih, Gang VIII, Lingkungan Arum, RT/RW 015 Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.
Bagaimana tidak. Setelah ditinggal kabur oleh suaminya 20 tahun lalu, warga miskin ini harus menghidupi anaknya seorang diri. Penderitaannya kian lengkap dirasakan, setelah dia kini mulai sakit-sakitan.

Menurut Sugianti ditemui di rumah sangat sederhananya Kamis (26/2/2015), kalau suaminya meninggalkan dirinya, tanpa pesan sejak 20 tahun lebih. Saat itu, anak satu-satunya yang bernama Harianto Susilo (25) masih berusia 5 tahun.

Sejak itu, dia harus berjuang sendirian untuk menghidupi serta membesarkan anak laki-lakinya itu. Sugianti nekad menjadi nelayan, meskipun dia tahu bahwa dirinya seorang perempuan.

“Terpaksa saya jadi nelayan, karena tidak ada pekerjaan lain. Meski saya tahu pekerjaan itu sangat berisiko buat perempuan kayak saya. Mau bilang apa lagi karena saya dan anak saya butuh makan,” ujarnya lirih.

Sayangnya, sejak hampir dua tahun ini Sugianti mulai  sakit-sakitan. Bahkan dia mengaku pernah terserang stroke, sehingga untuk berjalan saja kini dia tertatih-tatih.

Sugianti kini nampak lemas, untuk berjalan keluar kamar saja harus tertatih-tatih. Dia mengaku sering jatuh saat hendak melangkah.

Kini Sugianti sudah tidak bisa lagi bekerja. Otomatis sekarang sudah tidak memiliki apa-apa. Sudah tidak bisa berobat lagi, karena jangankan untuk biaya berobat untuk makan sehari-hari juga susah.

“Saya tidak mau membebani anak saya karena dia bekerja sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tidak menentu. Kadang-kadang untuk bayar cicilan motornya saja kebingungan,” tuturnya.

Kodisi janda ini terkadang mengundang rasa prihatin tetangganya. Terkadang, ada saja tetangga yang memberinya uang. Rp 2000 bahkan sampai Rp 5000 atau lebih untuk tambahan membeli beras.

Janda anak satu ini juga menuturkan, selama 20 tahun lebih dia hidup menumpang di belakang rumah Hujati, adiknya di sebuah rumah gubuk itu.

Kondisi gubuk tersebut kini juga sudah mulai hancur dan jebol bahkan compang-camping. Jika turun hujan, pastilah bocor di sana sini. Kondisi itu membuatnya tidak bisa tidur.

Kini Sugiati hanya bisa pasrah dengan nasib yang dia terima.  Karena jika untuk untuk bekerja dia sudah tidak bisa.(dar)

Berita Lainnya

Terkini