TABANAN – Ekonom senior Professor Subroto mengatakan kegagalan ideologi pembangunan sejak orde baru hingga saat ini karena tidak mampu mensejahterakan rakyat.
Hal itu disampaikan mantan Menteri Pertambangan era Orde Baru dan Ketua Umum Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC, Subroto saat jumpa pers Indonesia Poverty & Empowerment Conference ( IPEC) 2014 di Puri Tamansari, Umabian, Marga, Tabanan Jumat (15/11/14).
Dia menambahkan, kegagalan pembangunan yang dilaksanakan dahulu adalah tidak mampu mensejahterakan masyarakat. “Sejak tahun 1945, sampai sekarang banyak rakyat kita belum bisa menikmati kemajuan yang dicapai dalam pembangunan,” katanya.
Subroto berseloroh, mendengar paparan Agung Prana tentang pemberdayaan masyarakat, dia merasa menjadi muridnya. “Selama 69 tahun merdeka, negara belum bisa menghilangkan kemiskinan yang banyak dijumpai di jalanan , desa hingga perkotaan,” sambungnya.
Demikian pula, masyarakat belum banyak mengakses kesehatan dan pendidikan sehingga mereka hidupnya makin terhimpit. Subroto menyimpulkan, bahwa kegagalan pembangunan selama ini tak lain karena yang dibangun selama ini bertumpu pada fisik dan bukan manusianya.
Pembangunan nasional telah dipersempit menjadi pembangunan ekonomi dengan bertumbuhnya infrastruktur, jalan, toko hingga bangunan. “Sebetulnya, harus dilakukan pembangunan khusus yakni membangun manusianya, rakyatnya. Ini kesalahan besar dalam pembangunan bangsa kita,” tukas pendiri Yayasan Sinergi Indonesia itu.
Untuk itu, dia mengingatkan, agar semua pihak senantiasa mau belajar dan mawas diri dari berbagai kesalahan selama ini. Dalam konteks ini, lanjut Subroto, pertemuan tahunan yang digagas Sinergi, bisa mencari, mempelajari dan memberi solusi yang tepat dan dibutuhkan masyarakat saat ini.
“Kita bersyukur, pemerintahan saat ini memilikli visi besar untuk mensejahterakan masyarakat sebagaimana dalam visi Trisakti, berdaulat dalam politik, mendiri dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,” imbuhnya.
Salah satu yang ia tekanakan, bagaimana kearifan lokal seperti semangat bekerjasama atau gotong royong harus dilakukan. Tidak mungkin, bangsa ini berdiri sendiri, mencapai kemandirian. Harus saling bahu membahu antar masyarakat dan itu menjadi kunci dalam pemberdayaan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. (rma)